Cerita Prasmul
Tertarik Merambah Karir Internasional? Ini Dia Skill Yang Diperlukan! | Alumni Sharing Session

Tertarik Merambah Karir Internasional? Ini Dia Skill Yang Diperlukan! | Alumni Sharing Session

23 Mei 2017 —  Rektor Prasetiya Mulya, Prof. Djisman S. Simandjuntak pernah berkata “Faktor kemujuran tidak datang kepada mereka yang unprepared. Keberuntungan itu memihak kepada mereka yang bersiap.” Mengamini pesan Prof. Djisman, menjemput kesempatan adalah suatu keharusan, apalagi jika teman-teman punya mimpi yang tinggi.

Sadar atau tidak, teman-teman mahasiswa memiliki langkah yang semakin dekat dengan dunia professional. Entah berkarir atau berbisnis, ada baiknya lho jika kehidupan setelah lulus nanti sudah kalian rancang sedini mungkin.

Bagi teman-teman yang memiliki asa untuk punya karir yang gemilang, www.ceritaprasmul.com menghimpun tips dari dua alumni cantik angkatan 2005 yaitu Shirley Lesmana (S1 Finance) dan Stella Ryani Gunawan (S1 Business) untuk sukses mengenyam karir skala global di perusahaan multinasional.

Dr. Rudy Handoko selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan School of Business and Economics

Kedua alumni Prasmul ini ditemui dalam acara Alumni Sharing Session bertajuk ‘International Career Preparation’ yang diselenggarakan oleh Career Development Center dan Alumni Network Prasetiya Mulya. Sebagai pembuka, Dr. Rudy Handoko selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan School of Business and Economics mengungkapan, acara ini diadakan sebagai wadah bagi mahasiswa untuk memperiapkan rencana masa depannya. “ 5 sampai 10 tahun kedepan, mahasiswa Prasmul sudah harus tahu mau jadi apa. Kami hadirkan dua alumni angkatan pertama yang sudah lama berkarir dan punya pengalaman internasional untuk memberi insight menarik untuk semua,” Jelas Pak Rudy.

Perjalanan Karir

Baik Stella maupun Shirley memang bertekad untuk merasakan tantangan berkarir di luar negeri. Untuk menjemput mimpinya, Shirley memulai untuk mengenal industri bahkan sebelum ia lulus dari Prasmul, yaitu dengan mengikuti program magang di L’oreal sebagai Trade Marketing Intern brand Lancome 2009. Adapun karir pertama Stella dimulai sesaat setelah ia lulus dari Prasmul yaitu dengan bergabung bersama PT Asuransi Astra Buana menjadi Product Management Officer pada 2009.

Stella Ryani Gunawan, alumnus S1 Business Prasmul angkatan 2005

Setelah di Astra, Stella menapaki karir di PT Sony Indonesia melalui International Career Program, terhitung sejak 2011 hingga 2014 ia menjabat sebagai Senior Product Sales & Marketing Supervisor. Dewi fortuna menghampiri Stella di 2014, alumnus Prasmul ini lolos mendapatkan pengalaman international assignment ke salah satu negara di Asia Pasifik. “Sebelum itu sebelum kerja di Sony, saya belum pernah menginjakkan kaki  keluar Indonesia, padahal jiwa petualangan saya cukup tinggi. Setelah 2 tahun belajar di Sony Indonesia, saya akhirnya ditugaskan ke Hongkong dengan jabatan yang sama.” Dengan performa yang baik, Stella kemudian mendapatkan kembali tugas internasional keduanya ke Malaysia selama satu tahun pada 2015.

Shirley Lesmana, alumnus S1 Finance Prasmul angkatan 2005

Jika Stella menggeluti industri elektronik, Shirley menapaki karirnya di Philip Morris Indonesia selama lebih dari 4 tahun, terhitung mulai 2009 hingga 2013. Uniknya, sebagai sarjana di bidang finance, Shirley memaksimalkan potensi dirinya untuk tak hanya berkarir di bidang finance semata. Di Philip Morris, ia mencoba berbagai bidang mulai dari finance, sales, hingga marketing. Ia kemudian berangkat ke Philip Morris Taiwan sebagai Corporate Planning Analyst pada pertengahan 2013 hingga awal 2014.

Kemampuan yang harus dipersiapkan

Di depan Prasmulyan yang hadir, baik Stella maupun Shirley berbagi skill yang menurut mereka sangat membantu kedua dara ini dalam menjalani karir di luar negeri. Berikut beberapa skill-nya yang berhasil dirangkum oleh www.ceritaprasmul.com:

  1. Proaktif dan inisiatif

Berada di antara orang-orang dengan mobilitas tinggi sangat wajar ditemui jika kalian bekerja di perusahaan internasional. Itupun yang dialami Stella saat menginjakkan kaki di Hongkong. “Sebagai karyawan baru, jangan selalu berharap untuk disapa, dilatih, atau dibantu orang terlebih dahulu. Pas saya di Hongkong, masing-masing karyawan sudah terlalu sibuk sehingga saya yang harus lebih proaktif. Saya coba belajar dari buku, dari klien, dari Youtube, dari forum-forum untuk memahami produk yang harus dikuasai. Jangan diam karena takut terlihat kurang cerdas. Ketidaktahuan itu wajar, asalkan kalian mau terus berimprovisasi dan belajar,” ungkap Stella.

  1. Logic thinking

Menurut Shirley, asah terus kemampuan berpikir logis kalian karena itulah yang akan membuat kalian lebih ‘terlihat’ di depan atasan kalian. “Kadang, petinggi-petinggi di kantor tidak punya waktu banyak. Jadi, latihlah kemampuan logic thinking supaya lawan bicara mudah memahami apa yang kalian sampaikan.”

  1. Punya Pengalaman

Beruntunglah bagi teman-teman Prasmul yang disuguhi beragam pengalaman menarik untuk diikuti  mahasiswanya. Karena berdasarkan pengalaman Stella, pengalaman sangat memengaruhi diterima atau tidaknya seorang kandidat dalam sebuah kesempatan kerja. “Pada saat itu bos saya bilang bahwa ketika mau apply kerjaan ke luar negeri, saya harus punya pengalaman minimal 1 tahun dulu di bidang tersebut. Akhirnya saya mencoba untuk mendapatkan pengalaman tersebut selama dua tahun di Sony Indonesia, baru pada tahun ke 3 saya diberangkatkan ke Hongkong.”

  1. Open minded

Kemampuan untuk open minded sangat memengaruhi cara kita dalam menghadapi orang lain. Bekerja di luar negeri memungkinkan kita bertemu dengan kolega dengan latar belakang yang bervariasi, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan cara pandang. “ Kadang, kita terlalu cepat bereaksi ketika mendengar pendapat orang yang tidak sesuai dengan pandangan kita. Overreacted tersebut yang harus dihindari kalau mau berkembang. Karena, saya percaya bahwa itu semua context-based, kedua jawaban bisa bermakna benar tergantung dengan konteksnya. Jadi, keep open minded,” saran Stella.

  1. Fleksibel

Fleksibilitas sangat penting ketika berhubungan dengan perbedaan kultur. Masing-masing negara memiliki keunikannya sendiri. Stella bercerita “Pada saat saya di Malaysia, co- karyawan di kantor saya bisa sarapan pagi setengah jam sendiri, disitu saya selalu galau karena di satu sisi dikejar deadline, tapi disisi lain saya butuh menjalin hubungan baik juga dengan yang lain. Kita harus fleksibel, atur jadwal sebaik mungkin supaya kehidupan kantor dan kehidupan bersosialisasi bisa didapatkan.”

  1. Kemampuan sosial yang baik

Yang tak kalah penting dan sangat membantu Stella dan Shirley adalah hadirnya teman-teman untuk berbagi cerita, karena kerja di negeri orang merupakan pengalaman yang tidak mudah jika dilalui seorang diri. “Ketika saya menjalani international assignment yang kedua di Malaysia, saya pikir akan mudah dijalani, tapi ternyata ngga. Saya datang kesana disaat keadaan kantor disana tidak stabil. Bahkan di minggu-minggu awal, saya belum sempat cari rumah, belum punya teman di Malaysia, dan dikejar deadline yang lumayan bikin stres.  Supaya ga dilanda stres, saya mulai mencari teman, itu penting banget sehingga rasa sepi dan penat sehabis bekerja lumayan teratasi,” ungkapnya.

Meski berkarir di luar negeri bukan hal yang mudah, tapi Stella dan Shirley Sepakat bahwa banyak pengalaman berharga yang sebanding dengan perjuangannya. Gimana Prasmulyan, tertarik mengikuti jejak kedua alumni ini? Kalian bisa bincang-bincang  dan belajar dengan keduanya lho, sapa Stella disini dan sapa Shirley disini. (*VIO)

 

Add comment

Translate »