Cerita Prasmul
Tantan Sumartana : Sosok Quality Plus One dalam Pekerjaan dan Kehidupan – Alumni Success Story

Tantan Sumartana : Sosok Quality Plus One dalam Pekerjaan dan Kehidupan – Alumni Success Story

Menduduki salah satu posisi dalam jajaran Board of Directors di tiga stasiun TV sekaligus rupanya tak menjadi penghalang bagi alumnus MM Strategic Management Prasetiya Mulya untuk tetap aktif menjadi runner dan motivator. Ia adalah Tantan Sumartana. Tanpa melalaikan pekerjaannya, perencanaan strategis serta lingkungan suportif menjadi kuncinya untuk tetap menikmati hidup. Simak kisahnya!

Tanjak Karier dengan Quality Advance

Meski tumbuh di keluarga petani yang bisa dikatakan tak mungkin kekurangan beras, menghargai setiap butir nasi telah menjadi prinsip yang ditanamkan kepada Tantan kecil oleh sang ayah. Siapa yang menyangka, ajaran untuk menghargai hal-hal kecil berhasil membawa Tantan menduduki berbagai tingkat jabatan, mulai dari posisi pertamanya sebagai admin RCTI pada tahun 1995, hingga kini menjadi Direktur.

Tak hanya itu, rahasia Tantan untuk standout ia kemas dalam teori berkariernya, Q+1 alias Quality Plus One. Ia menjelaskan, “Misal saya di posisi AE yang punya 10 standar pekerjaan, sedangkan posisi di atas saya tugasnya adalah 11 dan 12. Maka saya akan berusaha menguasai kesepuluh tugas saya, kemudian mencoba membantu atasan saya sambil belajar tugas 11 dan 12.”. 

Menurutnya, dengan menjalankan standar kita sendiri serta quality advance satu level di atas, kemampuan kita terbuktikan. Hasilnya, ketika level tersebut terbuka, kita akan menjadi pilihan pertama untuk mengisinya. 

Tantangan ketika Memaksimalkan Potensi

Walaupun memiliki strategi tanjak karier yang terbukti ampuh, Tantan tahu bahwa ilmu dan keterampilan harus selalu diasah serta diperbarui. Pada tahun 2012, tepat ketika ia menerima tawaran menjadi direktur stasiun TV, Tantan melanjutkan studi di Prasetiya Mulya. Namun, tantangan baru kian menghampiri. Menjadi direktur di pagi hari lalu pelajar di malam hari sempat membuat ayah tiga anak ini frustrasi dan hendak mengurungkan niatnya memperoleh gelar master. 

“Menariknya, di MMSM, kami sekelas sama orang-orang yang sesama berpengalaman, namun dengan latar belakang dan problem yang berbeda,” kenangnya. “Jadi, spirit-nya sama dan semuanya saling support.” 

Berkat dukungan teman-teman di Prasetiya Mulya, istri, dan keluarga, Tantan kini bersyukur telah berhasil menyelesaikan studi lanjutannya tersebut. Melengkapi teori Q+1, potensi baru Tantan yang terbentuk selama berkuliah merupakan batu loncatan bagi kariernya yang semakin melesat.

“Prasetiya Mulya benar-benar mengajarkan kita untuk berpikir strategis layaknya pemimpin sebuah perusahaan, baik entrepreneur maupun profesional,” ungkap Tantan. “Otomatis, cara bersikap kita adaptif dalam berbagai hal, baik di keluarga maupun kantor.”

Mengutamakan Kehidupan tanpa Menomorduakan Pekerjaan

Sebagai profesional sukses, Tantan sering dihadapkan pada pertanyaan menjebak; “lebih memilih keluarga atau karier?”. Namun baginya, kedua hal tersebut bukanlah pilihan, melainkan keharusan. 

Tantan Sumartana ketika menghadiri wisuda sang anak yang menjadi lulusan terbaik.

“Saya kerja, jungkir balik berkarier sejauh ini, semua buat keluarga,” ia mengatakan. “Jika saya bekerja dengan mengorbankan keluarga, artinya sesuatu yang salah.” 

Tak sekadar berbicara, pernyataannya tersebut ia pertontonkan ke masyarakat melalui media sosial Instagram serta kanal YouTube-nya yang bertajuk Bicara Pagi. Momen menghadiri wisuda sang anak, weekend dengan keluarga, bahkan membuat konten YouTube, masih sempat ia jalankan di tengah kesibukannya. Bukan hanya itu, ia pun rutin melakoni hobi lari selama lima kali seminggu. 

Momen yang dibagikan Tantan Sumartana melalui akun Instagram pribadinya.

Bagi Tantan, kegiatan refreshing bukanlah penghambat berkarier, melainkan support system. Bahkan, ia mengaku bahwa berlari dan membuat konten di media sosial telah meningkatkan daya tahannya terhadap stres.

“Ibarat berlari, saya harus menunjukkan progress setiap bulan, baik dari sisi jarak maupun durasi,” jelasnya. “Pekerjaan pun demikian. Hari ini dengan standar pekerjaan yang sama, saya mengerjakannya dengan lebih cepat, lambat atau sama aja?” 

Dengan prinsip Speed, Quality, & Progressive, waktu bekerja menjadi lebih produktif sehingga semakin banyak quality time untuk bersosialisasi di kantor, berkuliah, serta berkumpul bersama keluarga.

Sumber foto : Instagram @tantan.sumartana

Evaluasi tersebut akan memotivasi agar pekerjaan semakin cepat selesai, sehingga waktu untuk membangun relasi, menjalankan hobi, serta berkumpul dengan keluarga menjadi lapang. Dengan menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sesama, dan diri sendiri, Tantan menemukan cara untuk menjalankan setiap tugas dengan penuh makna dan berdamai dengan kehidupan.

Gabriela Junisa Lasse

Add comment

Translate »