Cerita Prasmul
Memberikan Value Baru untuk Industri Modest Fashion – Alumni Success Story Tania Ray Mina

Memberikan Value Baru untuk Industri Modest Fashion – Alumni Success Story Tania Ray Mina

Banyak orang mengira bahwa pakaian muslimat membatasi ruang untuk bergaya dan tampil. Padahal, menggunakan hijab bukan berarti seseorang tidak bisa stylish. Justru, melalui eksplorasi busana, modest fashion dapat memperkuat karakter dan menampilkan sisi terbaik si pemakai.

Menyebarkan awareness tersebut merupakan salah satu misi dari Tania Ray Mina, alumnus S1 Branding Prasetiya Mulya yang memiliki bukan satu, bukan dua, tapi tiga brand modest fashion, masing-masing dengan target market dan personality yang berbeda. Meskipun awalnya tidak memiliki keinginan untuk berwirausaha, kini Tania sebagai pelaku industri telah menorehkan value baru untuk modest fashion. Ini kisahnya!

Tumbuh dengan orang tua wirausahawan, Tania mengaku telah melihat ups and downs dari mengelola bisnis pribadi. Walaupun perkuliahan di Prasmul sukses membuka wawasan baru tentang entrepreneurship, sosok yang melabel diri sebagai “tradisional” ini berprinsip untuk memantapkan finansial dan mengumpulkan pengalaman kerja sebelum berbisnis. Itu sebabnya, usai sidang skripsi pada tahun 2010, Tania mengambil jabatan di PT HM Sampoerna Tbk. 

Career Woman, Ibu, dan Entrepreneur

Tania ketika masih bekerja di HM Sampoerna.

“Ternyata, aku sangat menikmati menjadi career woman,” serunya. “Malah aku sempat berpikir bahwa ini merupakan jalanku untuk seterusnya.”

Bahkan, ketika ia mulai mengambil peran di Meccanism (bisnis rintisan kakaknya), kemudian membangun brand-nya sendiri yakni ZM dan BIA pada tahun 2015, Tania masih bekerja tetap sebagai profesional. Namun sebuah milestone besar mengubah prioritasnya seketika. Di sini ia memutuskan meninggalkan HM Sampoerna setelah mengabdi selama tujuh tahun.

Pada tahun 2017, ZM melakukan line extension dengan meluncurkan ZAM Cosmetics berisi produk kosmetik dan skin care.

Turning point muncul ketika aku jadi ibu,” tutur Tania. “Setelah aku melahirkan anak pertama, aku dihadapkan sebuah dilema. Sekarang aku nggak bisa terlena dengan waktu karena aku ingin menjadi bagian dari tumbuh kembang anakku.”

Belajar Nonstop Hingga Sekarang

Sebagai full-time entrepreneur, Tania mengenang masa profesionalnya dengan rasa syukur. Berkat pengalamannya, ia telah membangun fondasi menjadi leader. Tania juga memberikan apresiasinya kepada Prasmul, yang sejak awal membentuknya menjadi pribadi work-ready. Menurutnya, masa kuliah mengajarkannya tentang bisnis dari sudut pandang Founder sekaligus profesional, sehingga dunia kerja bukan jadi transisi yang mengejutkan baginya.

“Menjadi wirausahawan, kita nggak bisa memikirkan kepuasan sendiri dan profit. Kita harus mengutamakan pembangunan dan impact organisasi secara keseluruhan.”

“Di Prasmul, karakterku terbentuk,” kata Tania. “Aku tahu kapan harus thriving untuk sukses, tapi juga tahu kapan harus belajar dari kegagalan. Aku menjadi lebih down to earth dan sadar bahwa setiap keputusanku akan berpengaruh pada masyarakat, organisasi lain, dan lingkungan.”

Masa pembelajaran Tania tidak sampai di situ. Sekarang pun, ia terus beradaptasi seiring perkembangan zaman demi mempermudah pengoperasian ketiga bisnisnya, misalnya dalam meningkatkan efisiensi pengambilan keputusan. Namun enggan dimanjakan oleh kecanggihan teknologi, Tania menekankan krusialnya soft-skills dalam penentuan dan penilaian terhadap seseorang.

Bersama suaminya, Abi Rahadi (alumnus S1 Business), Tania juga mengelola RuangRaqyat, community space gratis untuk mengakomodasi kegiatan positif untuk siapa pun.

“Sekarang, rata-rata yang dicari oleh industri adalah kemampuan problem solving dan adaptasi,” Tania berpendapat. “Bagaimana seseorang bisa menghadapi dirinya sendiri dan orang lain di sekitarnya.”

Kompetitor Bertambah, Pasar Meluas

Salah satu tantangan yang dihadapi pebisnis adalah saingan, tidak terkecuali Tania. Dengan kehadiran kompetitor di segala penjuru, ia harus mencari solusi agar ZM, BIA, dan ZAM Cosmetics tetap relevan di pasaran. Caranya adalah dengan melakukan research secara persisten, sembari berinovasi untuk menciptakan tren baru. Namun melainkan terancam, Tania justru merasa senang dengan keberadaan kompetitor.

“Semakin banyak kompetitor, berarti marketnya juga semakin besar,” sambut Tania. “Artinya, awareness tentang modest fashion juga semakin luas!”

Hal ini sejalan dengan impian Tania untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat dari modest fashion di dunia, setara dengan pagelaran New York dan Paris Fashion Week. Sebagai negara dengan jumlah Muslim terbesar, ibu dari dua buah hati ini ingin akses serta pilihan terhadap mode busana tersebut semakin lapang dan tidak terbatas untuk muslimat saja.

“Secara harfiah, modest kan artinya ‘sopan’,” ujar Tania. “Jadi kategori modest fashion bisa melebar marketnya. Bukan hanya untuk para Muslim dan hijabers, tapi juga masyarakat yang ingin merasa nyaman dan memiliki kesamaan value atas kata modest itu sendiri.”

Yuk, dukung bisnis Tania dan kunjungi website-nya di sini!

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »