Cerita Prasmul
Melihat Masa Depan: Siapkah Kamu? Dua perubahan utama yang Akan Dihadapi Generasi Muda untuk Karir dan Pekerjaan Global di Masa yang Akan Datang

Melihat Masa Depan: Siapkah Kamu? Dua perubahan utama yang Akan Dihadapi Generasi Muda untuk Karir dan Pekerjaan Global di Masa yang Akan Datang

Artikel oleh Michael Stefanus 

Juara I Blog Competition Ceritaprasmul.com untuk kategori Mahasiswa

Dampak dari perubahan dunia yang sangat cepat nyata bagi dunia kerja yang akan dihadapi generasi muda. Menurut World Economic Forum, 65% dari anak muda yang akan masuk sekolah menengah tahun ini akan menghadapi jenis pekerjaan yang sangat berbeda atau bahkan belum ada. Hal ini menunjukan bahwa generasi muda harus mempersiapkan diri dan membangun skill untuk menghadapi masa depan.

Langkah yang paling fundamental adalah untuk mengenal perubahan itu sendiri. Seperti apakah ekosistem pekerjaan di masa depan? Selain itu, bagaimana anak muda bisa bersiap menghadapinya?

Secara garis besar, menurut FYA, perubahan di dalam pekerjaan untuk generasi muda disebabkan oleh dua hal, yaitu otomatisasi dan globalisasi. Selain perubahan yang ada, penulis juga akan mengulas mengenai tantangan dan peluang yang ditimbulkan dari masing-masing hal tersebut.

Otomatisasi

Menurut Professor Klaus Schwab, kita sedang berada pada tahapan awal dari revolusi industri keempat. Dalam revolusi ini, kata kunci utamanya adalah otomisasi yang semakin pintar atau personal; kita akan melihat robot pintar, self-driving cars, 3D printing, machine to machine interaction, IoT, dan lain lain.

Michael Stefanus 1

Secara jelas, tantangannya bagi generasi muda di masa depan adalah, otomisasi akan menggantikan banyak peran manusia di masa yang akan datang. Hal ini berarti tingkat unemployment yang lebih tinggi. Menurut Autor, Levy dan Marman (2003), otomatisasi lama kelamaan akan berdampak juga kepada pekerjaan non rutn (dinamis), karena robot atau mesin yang semakin pintar dan adaptif. Lebih detil, dalam laporan berjudul “The Future of Jobs: Employment, Skills, and Workforce strategy for the Fourth Industrial Revolution”, tren ini dapat menyebabkan lebih dari 7,1 juta pekerjaan hilang pada periode 2015 — 2020, dengan 2/3 di antaranya pada pekerjaan “white collar office” seperti peran administratif.

Di sisi lain, kita bisa melihat adanya kesempatan pertambahan sebanyak 2 juta pekerjaan baru yang diperlukan pada bidang komputer, matematika, arsitektur, dan engineering. Hal ini menjadi berita baik bagi mahasiswa dengan jurusan STEM. Namun, tidak bagi mahasiswa jurusan manajemen. Menurut CEO General Electric, Jeff Immelt, salah satu hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan personal value adalah dengan belajar coding.Hal ini cukup jelas; setiap orang harus bisa mengkontrol otomatisasi yang akan menjadi bagian dari hidup kita di masa depan.

Globalisasi

Globalisasi dalam dunia pekerjaan bukanlah suatu hal yang baru. Namun, di masa depan, kita akan melihat tingkat globalisasi yang bahkan lebih tinggi; perpindahan ide dan fisik. Terlebih lagi, kebijakan “free trade” ataukerja sama antar negara seperti MEA, Trans Pasific Partnership yang akan membuat transfer pekerja/pekerjaan semakin mudah. Tak boleh ketinggalan, perkembangan platform teknologi seperti freelancers, sribu.com, dll memungkinkan foreign workers untuk melakukan pekerjaan di Indonesia melalui lokasi yang berbeda.

Dalam konteks pekerjaankarena globalisasi, generasi muda akan menghadapi tantangan berupa meningkatnya tingkat competitiveness angkatan kerja di masa yang akan datang. Dampak nyata sudah terlihat di Australia, di mana menurut FYA, Australia telah kehilangan ratusan ribu manufacturing jobs karena dipindahkannya pabrik-pabrik Australia ke negara lain. Selain itu, diperkirakan sebanyak 11% pekerja di service sector di Australia akan kehilangan pekerjaan karena penggunaan servis dari luar negerinya.

Di saat yang sama, generasi muda juga akan menikmati peluang yang lebih besar untuk mendapatkan global exposure. Namun, hal ini harus dibarengi dengan peningkatan kemampuan personal yang tinggi. Generasi muda sudah harus mulai memiliki standar internasional. Kemampuan Bahasa, komunikasi, dan keunikan pribadi harus diasah sedemikian rupa agar individu bisa outstanding di pasar global ini.

Kesimpulan

Dengan dua poin utama perubahan yang cukup masif dan cepat ini, inti dan pembelajaran dari perubahan-perubahan di masa depan bagi generasi muda adalah agar generasi muda bukan berfokus pada nilai semata saat di bangku sekolah atau kuliah, melainkan pada kemampuan menyerap ilmu baru. Belajarlah untuk belajar. Jadilah anak muda yang haus akan ilmu; memiliki karakter intellectual curiosity. Jadilah generasi muda yang kompetitif dan siap menghadapi masa depan.

Sumber: 

  1. Op cit, “The Future of Jobs: Employment, Skills, and Workforce Strategy for the Fourth Industrial Revolution”.
  2. “In the future, everyone will be a software engineer and barely any will know how to code”, http://qz.com/778380/the-future-is-software-engineers-who-cant-code/, diakses pada 31 Oktober 2016
  3. “How to Prepare Young People”, http://www.huffingtonpost.com/jennifer-kushell/how-to-prepare-young-peop_b_4593076.html, diakses pada 31 Oktober 2016
  4. Op cit, “The Future of Jobs: Employment, Skills, and Workforce Strategy for the Fourth Industrial Revolution”
  5. “The Future of Jobs: Employment, Skills, and Workforce Strategy for the Fourth Industrial Revolution”, http://www3.weforum.org/docs/WEF_FOJ_Executive_Summary_Jobs.pdf, diakses pada 31 Oktober 2016.
  6. “FYA, Future of Work Report”, http://www.fya.org.au/wp-content/uploads/2015/08/fya-future-of-work-report-final-lr.pdf, diakses pada 31 Oktober 2016.

Add comment

Translate »