Cerita Prasmul
Pie Primatani karya Ni Nengah Ari Widiastuti Raih Juara 2 di Kompetisi Karya Ilmiah Nasional Fesfood 2017

Pie Primatani karya Ni Nengah Ari Widiastuti Raih Juara 2 di Kompetisi Karya Ilmiah Nasional Fesfood 2017

Peraih Beasiswa Yang Pandai Berinovasi

Salam Prasmulyan! Prestasi kembali ditorehkan Ni Nengah Ari Widiastuti, mahasiswi School of Applied Science, Technology, Engineering & Mathematics (STEM) Prasmul Jurusan S1 Food Business & Technology 2017. Peraih Beasiswa Bakti Indonesia yang akrab disapa Ari ini berhasil membawa ide pie suwegnya dalam memperoleh Juara II dalam kompetisi Karya Ilmiah Nasional Fesfood 2017 yang diadakan Universitas Udayana, Bali pada Senin (16/10) lalu.

Ari yang pada awalnya hanya berniat untuk sharing informasi lomba tersebut kepada rekan-rekannya justru tergerak untuk turut mengikuti salah satu rangkaian acara International Food Festival yang diadakan HIMA Ilmu Teknologi dan Pangan Universitas Udayana tersebut.

“Ditengah kesibukan mengerjakan laporan praktikum yang menumpuk, saya mencoba meluangkan waktu untuk sekedar menuangkan ide saya di bidang food business melalui tulisan,” ungkap alumnus SMAN Bali Mandara ini.

Prasmulyan yang satu ini dinilai berhasil dalam mengusung inovasi pangan lokal ‘Pie Primatani (Pie Suweg Ramah Petani)’ menjadi ikon jajanan nusantara, khususnya bagi Bali sebagai tanah kelahirannya. Sebagai remaja asal Kabupaten Bangli,  ia paham betul bahwa keberadaan Pie Susu cukup fenomenal hingga menjadi salah satu ikon komoditi primadona dimata pengusaha dan wisatawan di Bali. Namun demikian, terdapat beberapa kendala dalam memproduksi kue yang dihargai sekitar Rp. 1250 hingga Rp. 1500/pieces ini. (Baca juga: http://www.ceritaprasmul.com/ini-dia-inovasi-mahasiswa-stem-prasmul-yang-tampil-di-panggung-dunia/)

“Gandum yang menjadi bahan utama tepung terigu sulit untuk tumbuh di Indonesia. Ini yang membuat para produsen masih bergantung pada tepung terigu impor. Sehingga menyebabkan angka impor gandum di Indonesia saat ini masih cukup tinggi, yakni mencapai 8,1 juta ton,” tutur Ari.

 

Lalu ide apa yang membawanya meraih posisi 2 dari 240 peserta yang bertanding?

Tumbuhan suweg (kanan) merupakan kerabat dari bunga bangkai yang memiliki banyak manfaat.

Sebagai mahasiswa S1 Food Business & Technology Prasmul, Ari kemudian mengusung umbi Suweg sebagai sebagai substituen gandum. Selain sebagai upaya pemanfaatan kekayaan alam Indonesia secara optimal, kandungan karbohidrat dalam suweg yang cukup tinggi menjadi potensi bagi tumbuhan yang berasal dari Asia Tenggara ini untuk menjadi pengganti tepung terigu dalam pembuatan panganan lokal.

Umbi Suweg yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi dan sangat potensial menjadi substituen bahan baku Pie Susu – Ni Nengah Ari Widiastuti (Mahasiswa S1 STEM Prasmul 2017).

Karya ilmiah yang Ari susun juga memaparkan bahwa tanaman yang juga dikenal dengan nama Amorphophallus Paeoniifolius ini tidak mengandung protein jenis gluten layaknya yang terdapat pada terigu. Fyi, Gluten adalah protein yang menyebabkan sebuah produk makanan mengembang, tetapi dapat pula menimbulkan reaksi alergi khususnya pada penderita Celiac. Pie susu khas Bali merupakan salah satu produk makanan yang tidak mengembang sehingga kehadiran gluten tidak diperlukan dan suweg dapat menjadi subtituen yang diperkirakan dapat menggantikan tepung terigu dengan baik.

Upaya Kedaulatan Pangan

Menurutnya, pemanfaatan suweg ini tentunya banyak memberikan keuntungan bagi masyarakat. “Kita dapat melestarikan pangan potensial yang tumbuh di Indonesia, menekan angka impor sebagian komoditi bahkan jika masyarakat petani berkenan untuk membangun ekowisata suweg berbasis bisnis, lapangan pekerjaan baru pun akan terbentuk.”

Di akhir kata, mahasiswa Prasmul ini berharap pemanfaatkan suweg dengan segudang manfaatnya yang banyak ini diharapkan mampu menjadi terobosan dalam dunia pangan. Sehingga masyarakat lebih termotivasi untuk menggunakan produk lokal.

Berkaca dari pengalaman Ari, yuk mulai kembangkan ide brilian teman-teman Prasmulyan untuk memajukan potensi pangan di Indonesia, agar negara kita dapat mencapai kedaulatan pangan di masa mendatang. Terus semangat berinovasi! (*editor: vio)

Vitry Octavia

Add comment

Translate »