Cerita Prasmul
Kesempatan Mahasiswa Prasmul Ikuti Student Exchange Ke Jepang

Kesempatan Mahasiswa Prasmul Ikuti Student Exchange Ke Jepang

Menjadi bagian dari student exchange telah menjadi impian saya sejak SMA. Sangat disayangkan, banyak kesempatan student exchange yang ada malahan menyerupai study tour karena biayanya yang selangit atau periode exchange yang bentrok dengan jadwal kuliah. Namun siapa sangka ternyata kesempatan exchange itu akhirnya datang juga!

JENESYS (Japan East Asia Network of Exchange for Students and Youth) sendiri merupakan program people — to — people exchanges selama ± 10 hari antara Jepang dan negara – negara ASEAN, Timor-Leste, dan India yang diadakan oleh Ministry of Foreign Affairs Japan (MOFA) yang bekerjasama dengan Japan International Cooperation Center (JICE). Tujuan dari program JENESYS ini adalah memperkenalkan budaya Jepang dan mempererat hubungan dengan negara — negara ASEAN.

Kesempatan JENESYS pertama bertepatan ketika saya sedang menjalani Comdev (Community Development) di Cibeber, Cianjur. Akhirnya dengan sangat berat hati saya merelakan kesempatan ini. Sedih dan sangat kecewa rasanya karena telah melewatkan suatu peluang besar yang sudah ada di depan mata. Meskipun begitu, saya berusaha untuk tetap optimis dengan harapan akan mendapatkan kesempatan mengikuti program JENESYS di tahun mendatang.

Mengutip tulisan Paulo Coelho dalam buku The Alchemist, “ When you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it”, ternyata sungguh — sungguh terjadi pada saya. Di akhir tahun 2016, saya akhirnya terpilih sebagai perwakilan S1 Universitas Prasetiya Mulya dan salah satu dari 20 peserta yang mewakili Indonesia dalam program JENESYS 2016 batch 5 dengan tema Economics. Perasaan campur aduk, senang, terharu, dan sangat bersyukur. Bersama teman — teman dari S1 dan S2 Prasetiya Mulya, Binus, LPEM UI, serta Kementrian Luar Negeri (Kemlu) kami berangkat ke Jepang pada tanggal 11 Desember — 20 Desember 2016.

20 Delegasi Indonesia di JENESYS 2016 batch 5

Selama 9 hari yang terasa sangat cepat ini, representatif dari Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Timor — Leste tergabung dalam grup yang sama dengan sub-tema Energy. Kami berkesempatan untuk mengikuti kegiatan perkuliahan dan site visit mengenai industri energi di Jepang serta mengunjungi historical places untuk lebih mengenal kebudayaan Jepang.

Penjelasan mengenai hubungan Jepang — ASEAN oleh Secretary General JICE

Tur historis kami dimulai di Edo Tokyo Museum. Museum ini memperkenalkan pengunjung tentang sejarah Jepang pada masa Kaisar Edo dan berkunjung ke beberapa castle terkenal di Jepang seperti, Osaka Castle dan Heian Jingu Shrine di Kyoto. Kemudian, kami mengikuti perkuliahan yang membahas kondisi energi di Jepang oleh Mr. Makoto Maehara, representatif dari Ministry of Economy, Trade, and Industry yang menjadi pembicaranya. Melalui lecture tersebut, saya baru mengetahui bahwa bocornya PLTN di Fukushima ternyata berdampak besar pada kemampuan Jepang untuk memenuhi pasokan listrik negaranya. Kejadian ini mengakibatkan pemerintah terpaksa menutup beberapa PLTN di Jepang untuk mengurangi ketergantungan terhadap pembangkit listrik nuklir.

Sakai Photovoltaic Power Plant Osaka

Kami juga berkesempatan untuk mengunjungi beberapa museum dan perusahaan energi seperti Senboku Plant and Gas Science Museum Osaka, Sakaiko Electric Power Plant dan Sakai Photovoltaic Power Plant Osaka, Iwatani Hydrogen Station, dan Aito Eco Plaza yang merupakan sebuah komunitas mandiri di daerah Shiga Prefecture yang seluruh kegiatan rumah tangganya berorientasi pada sistem recycling.

Suasana permukiman di Shiga Prefecture

Komunitas Aito ini juga memproduksi sabun dan bahan bakar dari minyak bekas penggorengan. Terakhir, kami juga berkesempatan untuk mencoba kereta cepat atau yang lebih dikenal dengan nama Shinkansen. Dengan menggunakan Shinkansen, rute Tokyo — Osaka yang berjarak 503 km bisa ditempuh dua kali lebih cepat, yakni hanya 3 jam saja!

Indonesia dan Malaysia padasaat Cultural Night

Akhirnya sampailah kami pada agenda terakhir dari JENESYS 2016 ini, yaitu reporting session. Sederhana saja, panitia JENESYS ingin mendengarkan pengalaman dan pembelajaran apa saja yang telah kami peroleh selama 9 hari ini dan bagaimana kami akan mengimplementasikan-nya ketika kembali ke Indonesia. JENESYS 2016 ditutup dengan cultural night dimana tim Indonesia membuka penampilan dengan lagu AKB48 Heavy Rotation, senam Gemu Fa Mi Re, dan ditutup dengan medley lagu daerah Indonesia.

Sungguh 9 hari yang sangat luar biasa, tidak hanya pengalaman berkunjung dan belajar mengenai kebudayaan Jepang, pertemanan yang begitu akrab, serta rasa takjub saat teman—teman dari Timor — Leste juga ikut bernyanyi dan menari ketika delegasi Indonesia tampil. Tetapi hal terpenting yang saya dapatkan adalah fakta bahwa mimpi untuk mengikuti student exchange akhirnya dapat terwujud melalui program JENESYS 2016. (*SB)

Ditulis oleh:
Shanna Budihardjo — Mahasiswa S1 Bisnis Angkatan 2013

 

Add comment

Translate »