Cerita Prasmul
Gilang Widya Wisaksana: Geospasial jadi Solusi Baru Kebutuhan Masyarakat dan Bisnis – Alumni Success Story

Gilang Widya Wisaksana: Geospasial jadi Solusi Baru Kebutuhan Masyarakat dan Bisnis – Alumni Success Story

Banyak asumsi bahwa konsep yang matang adalah kunci utama keberhasilan suatu usaha. Namun, berbekal 10 tahun pengalaman dalam aspek keruangan, Gilang Widya Wisaksana berani menyungguhkan bahwa terdapat faktor lain yang tak kalah penting bagi kesuksesan retail bahkan pembangunan daerah: faktor geospasial!

Seperti namanya, geospasial merupakan aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu objek. Berkesempatan mempresentasikan prototipe Kebijakan Satu Peta dari Badan Informasi Geospasial di usia yang masih 25 tahun, begini Alumnus MM Business Management menjelaskan kepada Cerita Prasmul!

Visi Memajukan Indonesia melalui Geospasial

Merupakan industri yang masih niche di Indonesia, perjalanan karier Gilang membuka mata bahwa sesungguhnya masih terdapat segudang permasalahan seputar spasial atau maps.

Salah satu Instrumen dalam Leica Geosystems.

 “Beberapa hal penting yang mungkin terasa adalah kepemilikan tanah yang masih tumpang tindih, rumitnya administrasi Izin Mendirikan Bangunan, serta sulitnya mengidentifikasi nomor perumahan,” ungkap Gilang. “Itulah mengapa rating investasi negara kita masih rendah, karena kepengurusan investasi saja sampai berbulan-bulan dan mayoritas hal itu sebenarnya berhubungan dengan data spasial atau peta.”

Hendak memberikan gambaran lain seputar pentingnya geospasial, lulusan engineering ini menambahkan, “Di sisi commercial business, salah satunya setiap tahunnya, miliaran dana diinvestasikan untuk pembukaan cabang retail baru. Informasi dan analisa geospasial (location intelligence) dapat digunakan untuk menggapai critical success factor seperti analisis kompetitor, demografi penduduk dan review posisi terbaik retail terdahulu, sehingga memastikan lokasi tersebut bagus dan tidak hanya bertahan 1 atau 2 tahun saja.”

Realita lapangan tersebut yang kemudian membulatkan tekad Gilang untuk memegang teguh visi memajukan bisnis dan masyarakat melalui aspek keruangan. “Intinya adalah bagaimana ilmu tersebut membantu boost efisiensi, boost revenue, dan memastikan rencana bisa secure dengan mitigasi risiko yang ada. Dengan demikian, perusahaan dapat menghindari kerugian,” pungkasnya.

Berani Mengubah Tuntutan menjadi Kesempatan

Meski bisa dikatakan memiliki karier gemilang, sehingga sempat direkomendasikan untuk membantu di perusahaan-perusahaan geospasial ternama, Gilang mengaku enggan disebut sebagai seorang fast tracker. Membawahi tim dengan gelar tinggi, ia melakukan upgrade ilmu bidang manajerial, yang baginya adalah pembelajaran relevan untuk berbagai background.

“Kemampuan manajerial itu bukan sekadar teori, namun praktik menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat, menganalisa kebutuhan market, dan implementasikan strategi terbaik.” ungkap Gilang. “Jika di era 90an trial and error masih bisa ditolerir, di era sekarang, sekali error cost-nya sangat besar.”

Mengenang kembali masa perkuliahannya, Gilang bercerita bahwa masa pembelajaran di MM Prasetiya Mulya telah mengubah mindset-nya dalam melihat permasalahan. “Saya teringat dalam Business Plan, kita dituntut untuk menggunakan persepsi yang kompleks, membentuk sebuah bisnis yang bisa memberikan solusi, namun beyond agar tetap profitable.”

Rekan seperjuangan Gilang di MM Business Management Prasetiya Mulya.

Kemampuan manajerial merupakan keterampilan praktis yang penting untuk dimiliki oleh setiap profesi. Kemampuan tersebut dapat membentuk jiwa seorang pemimpin yang mampu meningkatkan kapabilitas tim, sehingga semakin optimal dalam menjawab kebutuhan market.

Perjalanan Beradaptasi yang Masih Panjang

Bersama Jack Dangermond (President Esri, Inc. Big Boss sekaligus Mentor Gilang)

Tahun 2020 terasa sebagai tahun yang serba baru bagi Gilang. Bagaimana tidak, berkarya selama lebih dari 10 tahun dalam bidang geospasial berbasis software, tahun ini Gilang menerima tantangan baru di dunia hardware. Tak hanya itu, tak sampai selang 3 bulan setelahnya, pandemi melanda dan tentunya berimbas pada penjualan.

“Jelas pandemi menuntut adaptasi luar biasa. Tetapi mencoba melihat ini sebagai sebuah hal yang positif, adanya pandemi sesungguhnya mempercepat proses digitalisasi yang selama ini masih awang-awang.” 

Meramu strategi di tengah pandemi tentu bukan hal yang mudah, terlebih di tengah tanggung jawab menjaga penjualan dalam negeri ketika efisiensi besar-besaran mulai digalakkan industri. Namun, hendak mengubah permasalahan menjadi kesempatan, Gilang membagikan beberapa prinsip yang ia terapkan untuk tetap optimis menghadapi masa krisis.

  • Face the Reality! Coba identifikasi akar permasalahan yang muncul dan cari tahu mana yang dapat diefisiensikan dan diubah. Berani ambil keputusan out of the box yang belum pernah diambil sebelumnya.
  • Adaptasi internal tim dan produk. Yakinlah bahwa ekonomi masih berputar dan ada segmen baru yang belum tersentuh. Selalu lakukan transfer mindset seputar digitalisasi kepada internal tim, lalu kembangkan produk yang fit dengan market dalam situasi ini. 
  • Tetap galakkan aktivitas marketing. Coba berkomunikasi dengan customer untuk mengerti kebutuhan di situasi saat ini, business model atau jenis transaksi yang memungkinkan dan lakukan edukasi market terus-menerus.

Gabriela Junisa Lasse

Add comment

Translate »