Cerita Prasmul
Dukung Ekonomi Kreatif, Prasetiya Mulya Gelar Pop Up Market 2018

Dukung Ekonomi Kreatif, Prasetiya Mulya Gelar Pop Up Market 2018

Universitas Prasetiya Mulya kembali menggelar bazaar produk lokal karya entrepreneur muda bertajuk Pop Market 2018 untuk meningkatkan ekonomi kreatif Indonesia

Jakarta, 8 Maret 2018 – Brand lokal sebagai bagian dari ekonomi kreatif diyakini mampu menjadi sektor alternatif yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi dari sisi kualitas produk, brand lokal terus bersaing sehingga minat kepercayaan masyarakat semakin tinggi.

Sebagai bentuk dukungan terhadap perkembangan brand lokal sekaligus menjadi wadah bagi para entrepreneur muda dalam mengembangkan kreativitasnya, Universitas Prasetiya Mulya kembali menghadirkan bazaar tematik bertajuk Pop Up Market yang tahun ini mengangkat tema “The Factory, Manhattan”, pada 8-11 Maret 2018 di Kuningan City, Jakarta.

Pop Up Market 2018 bertema The Factory, Manhattan digelar di Kuningan City, Jakarta.

Elfira Wahyono, M.Si, selaku Manajer Interim Kemahasiswaan Universitas Prasetiya Mulya menjelaskan, Pop Up Market merupakan bazaar produk lokal tahunan yang diselenggarakan oleh mahasiswa S1 Universitas Prasetiya Mulya dan menjadi pelopor thematic local brand bazaar di Indonesia. “Hadirnya Pop Up Market merupakan bentuk dukungan nyata Universitas Prasetiya Mulya terhadap perkembangan brand lokal sekaligus menjadi wadah bagi entrepreneur muda dalam mengembangkan kreativitasnya,” jelas Elfira.

Selain menjadi bazaar brand lokal, Pop Up Market 2018 juga menyajikan spot instagramable bagi pengunjung. (Ilustrasi gambar: @selinasuwarko)

Lebih lanjut Livia Zahra selaku Ketua Pop Up market 2018 menjelaskan, tema “The Factory, Manhattan” yang diusung Pop Up Market tahun ini terinspirasi dari studio seni dari Andy Warhol, tempat para seniman berkumpul serta berkolaborasi pada tahun 1962-1984. “Melalui tema ini kami berharap Pop Up Market dapat menjadi wadah serupa yang menjembatani antara entrepreneur muda, stakeholder terkait serta konsumen”, jelas Livia.

Mengusung tema kota-kota fashion setiap tahunnya, Pop Up Market telah menjadi destinasi belanja yang unik dan berbeda dari biasanya. Sejak pertama kali diadakan pada tahun 2012, Pop Up Market telah menjadi wadah yang mengakui dan mendukung brand lokal yang segar, kreatif, unik dan aktif agar mampu berjuang dan bertahan dalam industri kreatif. (Baca juga: Pop Up Market 2017: Belanja di Jakarta Serasa di Belanda )

Pop Up Market tahun ini menghadirkan beragam rangkaian acara dari workshop, fashion show, kompetisi desain poster & merchandise, serta penghargaan kepada tenant sebagai apresiasi terhadap kreatifvitas entrepreneur muda dalam berbisnis. “Diprediksi Pop Up Market tahun ini akan dihadiri 75.000 pengunjung selama penyelenggaraannya dari tanggal 8-11 Maret, melebihi tahun sebelumnya sebanyak 71.711 pengunjung”, jelas Livia.

Koleksi dari @tropicthundervintage
@eisaltedegg hadir di Pop Up Market 2018.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keunikan lainnya yang membedakan Pop Up Market dengan tematik bazaar lainnya adalah kehadiran konsep non-for-profit.Konsep ini diharapkan dapat membantu ekonomi kreatif agar semakin berkembang, sehingga peserta yang terlibat pun terkurasi dan berfokus pada pengalaman yang akan diperoleh,” ungkap Elfira.

Berdasarkan laporan kerja BEKRAF 2017 disebutkan bahwa ekonomi kreatif pada 2015 telah berhasil menyumbang sekitar Rp 852 triliun atau sebesar 7,83 persen terhadap total PDB Indonesia. Bahkan, selama periode tahun 2010 hingga 2016 nilai ekspor komoditas ekonomi kreatif mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dibuka dengan nilai US$13,51 miliar di tahun 2010 hingga melonjak mencapai US$ 19,99 miliar di tahun 2016. “Hal tersebut semakin menegaskan bahwa brand lokal sebagai bagian dari ekonomi kreatif mampu menjadi sektor alternatif yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” tutup Elfira.

Sumber gambar:

Instagram: @ferdinandfranzch

Instagram: @selinasuwarko

Instagram: @popupmarketid

Vitry Octavia

1 comment

Translate »