Cerita Prasmul
Butuh Dana untuk Bisnis Startup? Dua Hal Ini Akan Menarik Perhatian Investor!

Butuh Dana untuk Bisnis Startup? Dua Hal Ini Akan Menarik Perhatian Investor!

[wp_ulike]

Apa saja sih yang dibutuhkan untuk membangun sebuah bisnis startup? Tentu saja ide yang inovatif, ilmu yang berlimpah, tim yang kompak, dan hal yang tidak boleh dilupakan adalah uang. Tanpa adanya dana, maka ide yang paling brilian pun akan sulit untuk diluncurkan. Lalu, bagaimana cara mendapatkan funding?

Tidak selamanya merupakan topik sensitif, uang jadi pembicaraan menarik dalam ajang Scale Up! Hacking your Business Growth Paths pada hari Jumat (29/6) lalu. Berlangsung di Union Space Wisma Barito Pasific, Slipi, talk show sekaligus sharing session ini dihadiri dua pembicara yang berkompeten di dunia startup, yaitu Sayed Muhammad (Founder dan CEO Local.co.id- Alumnus MM Prasetiya Mulya) dan Ine Yordenaya (Co-founder dan COO Kumparan – Alumnus MM Prastiya Mulya).

Scale Up! Merupakan acara rancangan Program New Ventures Innovation Prasetiya Mulya.

Funding itu ada tahapnya, mulai dari seed funding ke Series A, B, C, dan seterusnya,” Sayed menjelaskan. “Seed funding bertujuan untuk merealisasikan suatu ide. Biasanya modal ini didapatkan dari angel investors atau inkubator.”

Ine menambahkan, “Untuk seed funding, kita juga bisa mendekati keluarga dan kerabat. Reach out pada orang-orang yang paling dipercaya dan memiliki passion untuk invest.

Scale Up! dihadiri oleh alumni Universitas Prasetiya Mulya dari berbagai angkatan.
Format sharing session buat kegiatan terasa santai dan seru.

Melalui berbagai sumber, seed funding menjadi dana awal untuk mengembangkan bisnis. Menurut Sayed, tidak mengejutkan jika “sumbangan” orang-orang berkisar di 50-200 ribu Rupiah, sehingga tahap pengumpulannya membutuhkan kesabaran. Namun setelah ide telah berbuah menjadi sebuah produk nyata, maka bisnis tersebut bisa melanjutkan ke tahap funding berikutnya.

Sayed Muhammad dikenal sebagai Founder dan CEO Local.co.id.

Bila ide yang diluncurkan teruji dan tervalidasi, maka sebuah bisnis bisa mulai scaling up. – Sayed Muhammad

Pada tahap selanjutnya, keuangan berasal dari luar perusahaan dan Founder. Biasa disebut venture capitalist, para investor ini bukan merupakan orang yang mudah ditemui, apalagi untuk sembarang memberikan funding. Lantas, bagaimana cara menarik perhatian mereka? Ine menyatakan, ada dua hal yang jadi kunci penting, yakni networking dan reputation.

Networking akan sangat membantu mempermudah akses,” ungkap wanita yang sebelumnya bekerja di Detik.com selama belasan tahun tersebut. “Setidaknya, para venture capitalist mau meluangkan waktu untuk bertemu agar kita bisa menjelaskan ide bisnis startup.

Lebih utama dibandingkan koneksi, reputasi yang baik juga merupakan daya tarik bagi venture capitalist. “Saya pernah bertanya pada salah satu investor Kumparan, apa yang ia lihat jika ingin invest ke sebuah perusahaan?” cerita Ibu Ine. “Ia menjawab : orangnya.”

Bagi investor, ide, produk, dan perkembangan bisnis bukan menjadi acuan, terutama apabila orang di balik perusahaan tersebut memiliki track record yang mengecewakan. Sayed pun mengingatkan, bahwa di era modern ini, tak sulit untuk mencari tahu sejarah dan latar belakang seorang calon pegawai atau pebisnis. Bila investor tersebut tidak bisa memercayai orang yang ia ajak kerja sama, maka untuk apa ia berinvestasi?

Ine Yordenaya mencetuskan ide Kumparan bersama Founder lainnya, yang juga merupakan mantan wartawan.

Setelah peluncuran Kumparan, kami justru menerima beberapa tawaran dari orang yang ingin invest… – Ine Yordenaya

“Dengan funding yang cukup, sebuah bisnis akan mampu scaling up,” ujar Sayed, yang kemudian menginformasikan bahwa ia akan membuka dua toko baru. “Saat membuka cabang, harus dipastikan bahwa tim di toko tersebut memiliki kemampuan dan keterampilan seperti tim di toko lainnya, bukan?”

Ine pun turut berbagi manfaat funding untuk kemajuan platform medianya. “Ketika jumlah user Kumparan meningkat, maka kebutuhan terhadap resources meningkat pula. Dana akan mampu mengembangkan hal tersebut, baik untuk sisi SDM maupun teknologi,” rampung Ine.

Scale Up! jadi tempat untuk berkoneksi dan bertukar informasi.
Para alumni hadir untuk mengetahui lebih lanjut mengenai cara mengembangkan bisnis startup.

Scale Up! Hacking your Business Growth Paths merupakan ajang persembahan dari New Ventures Innovation Prasetiya Mulya, sebuah program pascasarjana yang baru diluncurkan bulan Mei lalu. Sebagai Alumnus MM Program Prasetiya Mulya, Sayed dan Ine memang tidak asing dengan dunia perbisnisan. Namun menyadari pendekatan yang berbeda antara bisnis startup dan bisnis umum, kedua pembicara memberikan ancungan jempol pada program NVI.

Talk show diakhiri dengan foto bersama moderator, Tizar Shahwirman (Alumnus S1 Branding 2013), Hendro Adiarso T., MBA (Manager Program MM Paruh Waktu Prasetiya Mulya), dan Indria Handoko, Ph. D (Direktur Program Pascasarjana SBE Prasetiya Mulya).

“Saya jadi tertarik mau ikutan!” seru Ine. “Di program MM Prasmul, ilmu yang diberikan mengarah untuk mengasah managerial skills. Sedangkan di NVI, leadership skills mahasiswa pun juga dikembangkan, apa reaksi yang harus dilakukan kalau sudah mentok.”

“Dulu saya mengalami sendiri, mulai bisnis startup itu sulit,” Sayed melanjutkan. “Saat itu, belum ada program yang fokus pada startup dan tidak ada event seperti Scale Up. Dengan adanya kedua hal ini, saya harap kita bisa meningkatkan entrepreneur muda di Indonesia.” (*SDD)

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »