Cerita Prasmul
”Berbisnis lebih dari sekedar mencari profit, tapi kontrak seumur hidup dan tanggung jawab terhadap tim” I Kisah jatuh bangun tiga womenpreneur dalam seminar #Womenpreneur : Challenge Your limit & Break Them

”Berbisnis lebih dari sekedar mencari profit, tapi kontrak seumur hidup dan tanggung jawab terhadap tim” I Kisah jatuh bangun tiga womenpreneur dalam seminar #Womenpreneur : Challenge Your limit & Break Them

Dua dari tiga wanita ini  pernah kehilangan mobil, rumah , bahkan ada yang kehilangan cinta mereka. Semua demi mengedepankan kewajiban mereka membayar tim bisnis yang dipimpinnya yang juga harusdihidupi . Ini menjadi bagian dari bisnis yang tidak akan mereka lupakan. Apakah mereka lalu kapok berbisnis? Tentu tidak.

womenpreneur 2

“Karena memutuskan menjadi entrepreneur itu adalah kontrak seumur hidup, kita adalah bagian dari bisnis itu, dan keluarga kitapun merupakan bagian dari bisnis itu” ujar salah satu dari wanita hebat itu.

Siapa ya wanita —wanita inspiratif ini?

Tiga womenpreneur berbagi pengalaman jatuh  bangun mereka selama menjadi entrepreneur dalam Seminar #Womenpreneur , Challenge Your Limit & Break Them yang diselenggarakan oleh divisi alumni Universitas Prasetiya Mulya di Bird Cage, Kebayoran Baru pada hari Kamis, 29 September 2016. Mereka adalah Lizzie Parra (beautypreneur, vlogger dan make up artist sekaligus alumni S1 Universitas Prasetiya Mulya angkatan pertama) , Safitri Siswono (Presiden Direktur PT Arthaguna Cipta Sarana dan Kampung Main Cipulir, sekaligus alumni S2 Universitas Prasetiya Mulya), dan Ni Luh Djelantik (Founder & owner of Niluhdjelantik.com)

Kesamaan dari ketiga wanita ini adalah pernah bekerja professional di suatu perusahaan, dan kesamaan lainnya, tentu saja, mereka keluar dari status pekerja dan total terjun dalam berbisnis, dan berjuang keras demi bisnis mereka.

Mereka mengakui menjadi entrpreneur itu tidak mudah dan penuh tantangan, seperti salah satu tantangan yang dialami Lizzie Parra, menurutnya hal tersulit saat memutuskan menjadi entrepreneur adalah MEMULAI. Dan tantangan lainnya saat menjadi pekerja tak banyak yang ia pikirkan saat ia bangun tidur,sedangkan saat sudah menjadi entrpreneur “saat bangun pagi saya sudah harus berpikir hari ini mau apa, besok apa, bahkan lusa mau mengerjakan apa, otak harus terus bekerja” ujarnya.

Sedangkan untuk Safitri Siswono, menjadi pebisnis seperti spiritual journey, dengan memilih jalan hidup ini dia merasa lebih spiritual dan penuh mimpi. “Kita hidup harus punya mimpi, kalau tidak di usia 40 seperti saya saja pasti sudah bosan hidup” katanya sambil tergelak. Ia mengatakan, mimpinya adalah agar usaha yang dipimpin dan dimilikinya usianya lebih panjang dari dirinya, oleh sebab itu ia juga mengenalkan bisnis dan menanamkan nilai bisnis pada anak dan keluarganya, karena ia percaya bahwa saat memilih untuk total terjun berbisnis, bisnis merupakan bagian dari kita dan keluarga.

Ia menuturkan bahwa kita memang harus perhitungan dan menggunakan riset dalam berbisnis tetapi kita tidak bisa hanya terus memikirkan profit tanpa memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap resiko. Kegagalan yang dialaminya tidak tanggung tanggung ia pernah harus menjual rumah dan mobil untuk membiayai gaji karyawannya dan keberlangsungan operasional. “Dengan pernah berbuat kesalahan menunjukkan bahwa kita melakukan sesuatu, yang tidak pernah gagal menunjukkan dia tidak berbuat apa-apa” ujarnya.

ni luh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ni Luh Djelantik

Sementara itu berbeda dengan Ni Luh Djelantik, wanita yang produk sepatunya sering dipakai oleh artis-artis Hollywood dan pernah menang sebagai Best Fashion Brand & Designer The Yok Awards pada tahun 2010 ini memiliki cara pandang berbeda  mengenai entrepreneur.  “It’s all in your hands and in your heart, kalau kita ingin jadi akuntan sejati, guru yang baik ataupun pekerja professional apapun, go ahead, tapi jadilah yang terbaik” ujarnya. Karena tidak semua harus mau menjadi entreprenur dan tidak semua siap untuk menjadi entrepreneur”.

“Do what you love is not enough, kita harus mencintai apa yang kita lakukan beserta jatuh bangunnya”  ujarnya.  Ia mengingatkan berbisnis pasti ada resikonya, dan saat dia jatuhpun sama dengan yang terjadi dengan Sawitri Sarwono, ia pernah harus menjual mobil dan rumahnya, bahkan pernah kehilangan cintanya demi bisnisnya.    Tapi ia tidak menyerah, ia tetap berkomitmen menjalankan bisnis ini sebagai bagian tanggung jawab terhadap tim yang dipimpinnya, yang terdiri dari para penjahit sepatu , purchasing sampai office boy. Seperti salah satu mottonya dalam berbisnis, yaitu apabila mau mencari profit, carilah profit yang punya harga diri, ujarnya, yaitu dengan mengedepankan kewajiban kita terhadap hak karyawan yang kita miliki. Dengan ini karyawan Ni Luh tidak pernah pindah ke tempat lain dan terus maju.

 

Semoga sharing ini bermanfaat dan memberi motivasi untuk para wanita (dan pria!) yang serius ingin menjalankan bisnis J Salam dan semangat!

womenpreneur 3

womenpreneur 1

 

 

 

 

 

 

 

 

womenpreneur 4

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

womenpreneur

Add comment

Translate »