Cerita Prasmul
Alya Ignacia: Berbisnis dan Bekerja Full-Time di Tengah Pandemi – Alumni Success Story

Alya Ignacia: Berbisnis dan Bekerja Full-Time di Tengah Pandemi – Alumni Success Story

Alya Ignacia mengikuti prosesi wisuda pada bulan Desember 2019. Dengan jumlah bulan berlalu yang masih bisa dihitung dengan satu tangan, wajar saja jika julukan fresh graduate masih melekat manis padanya. Tapi jika mengintip profil LinkedIn Alya, kamu akan tahu bahwa itu bukan titel semata wayangnya. Selain sudah memiliki pekerjaan full-time di Tokopedia, ia juga berwirausaha brand sepatu kulit, INDIVERSE. Intip kisahnya!

Berangkat dari Tugas Akhir Kuliah

(Ki-Ka): Philip, Charisse, Alya, dan Christopher mendirikan INDIVERSE untuk melengkapi syarat kelulusan dari Prasmul.

“INDIVERSE itu pertama dibuat untuk Business Project”, ungkap Alya, merujuk pada tugas akhir syarat kelulusan mahasiswa S1 Business Prasetiya Mulya. Melainkan menyusun skripsi, ia harus bekerja secara berkelompok untuk meluncurkan sebuah bisnis nyata. Bersama Charisse Militia Christy, Christopher Theuran, dan Philip Thamsil, Alya mengembangkan produk sneakers, yang saat itu sedang naik daun.

Ia bercerita, “Awalnya, kami mau bikin poke donut. Walaupun udah disetujui sama Faculty Member (re: dosen), kami jadi ragu karena nggak familier dengan resources-nya. Akhirnya kami ganti jadi sneakers, karena setelah melakukan market research, kami tahu bahwa produsen Indonesia mampu bikin quality footwear.”

Menurut Alya, Business Project ini bagaikan hadiah terakhir dari Prasetiya Mulya untuk mahasiswanya. Maka dari itu, setelah merilis INDIVERSE dengan koleksi pertama, empat sekawan tersebut mempertimbangkan untuk melanjutkan bisnis setelah lulus kuliah. Alya, yang memiliki tanggung jawab berhubungan dengan external parties, memutuskan bahwa ia akan menjalankan INDIVERSE sembari bekerja profesional, tepatnya sebagai Business Development bagian travel di Tokopedia. 

Alya memutuskan untuk berbisnis sembari bekerja full-time di Tokopedia.
Alya memutuskan untuk berbisnis sembari bekerja full-time di Tokopedia.

“Pada masa persiapan skripsi, aku mengikuti internship di Tokopedia untuk mengisi waktu luang,” ia mengisahkan. “Walaupun udah punya passion di entrepreneurship, ternyata aku suka banget work ethics dan environment di Tokopedia. Visinya cukup mulia; democratizing commerce through technology. Lalu di sini aku dapat banyak kesempatan belajar dan berkoneksi. Itu alasan aku reapply di Tokopedia full-time.”

Rekan-rekan bisnis Alya pun suportif dengan pilihannya, misalnya dengan menjadwalkan meeting setelah jam kerja atau di weekend. Dengan mengaplikasikan time management, Alya bisa juggle tugas-tugasnya dengan baik, bahkan meluncurkan koleksi kedua INDIVERSE berjudul “Piring-piring Padang”. 

Terpaksa Menyesuaikan Diri di Masa Pandemi 

Sebagai profesional dan wirausahawan, pekerjaan Alya pun menerima dampak dari pandemi COVID-19 yang sedang melanda dunia. Karena bisnis travel sedang surut, begitu juga dengan divisi Alya di Tokopedia. Untungnya, ia menerima kesempatan untuk bermutasi menjadi Relationship Manager di bagian physical goods, industri yang sejalan dengan bisnisnya.

Produksi INDIVERSE terhambat karena pandemi.

Gema Amplifier, pengeras suara wireless berbahan bambu, merupakan salah satu proyek bisnis Alya di semester tiga.

“Kalau untuk INDIVERSE, dampaknya adalah ke produksi,” ungkap Alya. “Vendor kami di Bandung. Sedangkan karena ada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), semuanya jadi ke-postpone. Sebenarnya kami mau launch collection baru bulan ini. Tapi dengan kondisi sekarang, sepertinya nggak wise.”

Alya mengungkapkan bahwa secara tidak langsung, Prasmul telah membantunya di kondisi ini. Sejak awal semester, ia sudah diceburkan ke lapangan dan didorong berbisnis. Bahkan dalam proyek semester tiganya, setelah mengembangkan bisnis amplifier berbahan bambu, ia sempat mengalami kecurangan dari vendor. Di Prasmul, ia belajar untuk menghadapi masalah apa pun yang terbang ke arahnya.

Sebagai bentuk kepedulian sosial, INDIVERSE melalukan gerakan donasi untuk korban pandemi COVID-19.

“Prasmul memang nggak pernah menjelaskan cara menghadapi wabah, tapi pengalaman berkuliah di sana mengajarkanku untuk selalu siap overcome the unexpected,” tutur Alya. 

Meskipun bersyukur bisa menemukan kestabilan di tengah kesulitan, Alya masih mengharapkan pemulihan, terutama untuk orang-orang yang tidak seberuntungnya. Ia menyampaikan, “Saat ini aku terus bekerja sambil research untuk upcoming collection, karena hanya itu yang bisa dilakukan. Semoga Indonesia bisa recover secepatnya, karena pandemi ini berdampak ke semua orang, dan semua industri.”

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »