Cerita Prasmul
5 Prasmulyan Bicara Pengalaman di Apple Developer Academy – Part II

5 Prasmulyan Bicara Pengalaman di Apple Developer Academy – Part II

Selama tiga tahun berturut-turut, mahasiswa Prasetiya Mulya secara konsisten menerima beasiswa pendidikan pengembangan aplikasi dari Apple Developer Academy. Pada tahun 2018, penghargaan tersebut diterima oleh Hubert Tatra (S1 Software Engineering 2017), lalu diikuti oleh Aditya Sanjaya, Ananda Ayu, dan I Putu Krisna (S1 Software Engineering 2018) pada tahun 2019. Sedangkan untuk tahun 2020 ini, program dijalankan oleh Agung Aditya (S1 Software Engineering 2019) serta Vincentius Calvin (S1 Business Mathematics 2018).

Berbagi tentang tantangan dan ilmu di akademi, Aditya, Nanda, Krisna, Agung, dan Calvin meluangkan waktu mereka untuk berbicang dengan Cerita Prasmul. Sebelum melanjutkan bacaan, kunjungi terlebih dahulu Part I dari wawancara untuk cari tahu cara mendapatkan beasiswa prestisius ini!


Apa hal yang paling menantang dalam menjalankan program Apple Developer Academy?

Aditya        : Waktu ngampus biasa, masih ada libur sehari-dua hari. Tapi sejak ikut akademi, jadi padet banget. Pagi sampai siang di kampus, lalu siang sampai malam di akademi. Belum lagi ngerjain tugas-tugasnya. Kalau nggak bisa atur waktu, pasti akan keteteran. 

Selama 9 bulan, para penerima beasiswa harus membagi waktu antara kampus dan akademi.

Agung        : Dibandingkan teman-teman di akademi, kami emang lebih fleksibel sih. Faculty Member di Prasmul bisa diajak diskusi untuk menyesuaikan jadwal, misalnya jadwal kuliah, kuis, atau deadline pengumpulan tugas. Itu membantu kami banget. 

Krisna        : Kalau kami mulai merasa stres, biasanya kami jalan-jalan sekitar The Breeze, BSD, atau bermain online game beramai-ramai. 

Aditya        : Sharing pada satu sama lain juga bisa bantu meringankan beban.

Untuk Calvin dan Agung yang sedang tengah menjalankan program, apakah pandemi COVID-19 memengaruhi aktivitas kalian?

Agung (kanan atas) dan Calvin (kanan bawah) melanjutkan program secara online akibat pandemi.

Agung        : Iya karena sekarang semuanya jadi online class. Biasanya kalau ada masalah, bisa langsung bertanya ke personal mentor agar langsung clear. Sekarang harus menunggu melalui chat.

Calvin        : Mengatur waktu jadi nggak segampang dulu. Aku pernah melakukan dua presentasi sekaligus menggunakan dua laptop berbeda; satu untuk Prasmul, satu untuk akademi. Namun itu memang harus dijalankan. Hal yang baik biasanya tidak mudah.

Aplikasi apa yang kalian produksi selama di akademi?

Nanda        : Aku waktu itu bikin aplikasi untuk mengumpulkan dan mencari donor darah rhesus negatif. Nama aplikasi tersebut Donorin. Aplikasi ini kami kembangin karena orang dengan darah rhesus negatif itu jarang, sehingga sulit menemukan pedonor ketika dibutuhkan.

Nanda (kanan bawah) mengembangkan aplikasi bernama Donorhin.

Krisna        : Kalau aku buat aplikasi music event untuk bantu tracking satu sama lain ketika ada sekelompok teman yang pergi ke sebuah festival musik. Pengguna cukup scan QR Code, lalu mereka bisa mengakses denah festival dan melakukan live chat dengan temannya.

Aditya        : Salah satu anggota kelompokku merupakan Electrical Engineer. Jadi kami bikin aplikasi bernama Leastrik yang berupa IoT atau smart device untuk di rumah. Setelah tahun lalu lulus dari akademi, aplikasi ini kami kembangin lagi menjadi startup dan saat ini udah di tahap inkubasi. Berkat mata kuliah Software Project Management di Prasmul, aku terbantu dalam mengatur app development untuk startup ini. 

Aditya (paling kanan) meneruskan final project dari akademi menjadi sebuah startup.
Leastrik, aplikasi IoT yang dikembangkan Aditya dan kelompoknya.

Selain ilmu pengembangan aplikasi, apa saja yang kalian dapatkan di akademi?

Krisna        : Program ini terbuka untuk umum, jadi kami berkenalan dengan bermacam-macam orang, mulai dari yang sesama pelajar, sampai yang sudah bekerja profesional. Ada juga yang sudah berumur 40 tahun. Kami mendapatkan banyak teman baru dan koneksi yang sangat luas.

Teman dan koneksi merupakan salah satu hal yang didapatkan selama di akademi.

Aditya        : Menjelang graduation dari akademi, kami juga dipertemukan dengan perusahaan-perusahaan, kemudian mempresentasikan hasil final project pada mereka. Waktu itu aku dapat banyak feedback positif untuk Leastrik.

Nanda        : Karena di akademi menganut Challenge Based Learning, segala hal harus dilakukan secara bertahap sehingga researching skills kami jadi semakin tajam. Begitu juga dengan public speaking dan presentation skills. Akademi memiliki gaya presentasinya yang cukup unik. Untungnya, kami sudah terbiasa presentasi di Prasmul, jadi adaptasinya nggak sulit. 

Soft skill seperti public speaking jadi semakin tajam.

Memang tidak mudah menjalankan beasiswa Apple Developers Academy sembari berkuliah. Namun kombinasi Faculty Member Prasmul yang suportif, proses pembelajaran yang serupa, serta semangat untuk menerima ilmu baru pasti bakal membuat pengalaman tersebut semakin berharga. Nah Prasmulyan, apakah kamu mau mencoba peruntungan juga?

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »