Cerita Prasmul
Ternyata, Menurunkan Bisnis Pada Anak Bukan Merupakan Warisan Paling Berharga!

Ternyata, Menurunkan Bisnis Pada Anak Bukan Merupakan Warisan Paling Berharga!

Coba jawab teka-teki berikut, apa persamaan PAN Brothers, PT Kalbe Farma, dan Martha Tilaar Group? Selain sama-sama perusahaan tersohor di Indonesia, ketiganya juga merupakan perusahaan keluarga yang kini telah memasuki generasi ke-2. Nama-nama tersebut hanya segelintir dari banyaknya family businesses lainnya di tanah air, memancing satu pertanyaan penting bagi yang ingin mengikuti jejak mereka: bagaimana sih cara membangun bisnis keluarga yang sustainable?

Prof. William B. Gartner merupakan dosen besar dari Babson College yang mengajar di bidang Family Entrepreneurship.

Topik ini jadi perbincangan hangat dalam acara Family Business Talk: Developing Legacy for Sustainable Family Businesses, pada hari Kamis (2/8) lalu di Universitas Prasetiya Mulya Kampus Cilandak. Terbang dari Amerika Serikat, Prof. William B. Gartner dari Babson College, Massachusetts, hadir sebagai keynote speaker di hadapan 120 peserta seminar yang terdiri dari akademisi dan praktisi.  Sebagai pakar dalam bidang Family Entrepreneurship, pria yang akrab dipanggil Bill ini memaparkan pendapatnya mengenai dunia bisnis keluarga.

“Ada dua dinamika yang bermain dalam bisnis keluarga,” kata Bill. “Pertama adalah ‘family imperative’ yaitu hubungan alamiah dalam sebuah keluarga. Kedua adalah ‘business imperative’, apa saja yang dibutuhkan sebuah perusahaan agar bisa sukses.”

Ajang Family Business Talk 2018 dihadiri praktisi dan akademisi.

Menurut pria yang lahir di Washington ini, kedua kepentingan tersebut dapat menciptakan konflik. Masalah komunikasi jadi hal yang tidak bisa dihindari, terutama ketika sebuah perusahaan diambil alih oleh dua generasi berbeda. Kesenjangan kreativitas yang diakibatkan kultur, budaya, dan kemajuan teknologi dapat memicu pertikaian antara satu sama lain. Maka dari itu, perusahaan keluarga kerap merekrut pihak luar yang lebih profesional untuk membantu melancarkan perbisnisan.

When it comes to family business, it is important to look and celebrate the family.” – Prof. William B. Gartner, Babson College

Di sisi lain, guru besar yang telah bergelut di dunia entrepreneurship selama 40 tahun ini juga menekankan, bahwa ketika membandingan bisnis keluarga dengan bisnis umum, tak jarang pihak keluarga sebenarnya memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai perbisnisan. Hal ini disebabkan oleh faktor generasi penerus yang tumbuh di lingkungan bisnis.

Menurut Bill, faktor lingkungan sangat memengaruhi mindset business seseorang.

“Lihat Wolfgang Amadeus Mozart, seorang komponis ternama yang sangat berbakat. Ia lahir di keluarga pemusik. Ayahnya, ibunya, dan adiknya merupakan musisi,“ Bill menjabarkan. “Tapi bayangkan jika ia dilahirkan ke dalam keluarga tukang kayu, apakah ia akan tetap dikenal sebagai seorang musisi?”

Namun pada akhirnya, generasi Founder pun kadang tak ingin menurunkan ilmu bisnis kepada keturunan mereka. Padahal nyatanya, lahir ke dalam keluarga pebisnis memang memberikan keunggulan bagi kelanggengan perusahaan. Ketika seorang anak tumbuh di lingkungan tersebut, ia akan memiliki mindset bisnis yang lebih kuat. Dengan bimbingan yang tepat, bisnis dapat diturun-temurunkan tanpa adanya kesenjangan, baik dari sisi family shareholders maupun dari sisi kemampuan dan ilmu.

Prof. Dr. Djisman S. Simandjuntak, selaku Rektor Universitas Prasetiya Mulya, memberikan pembukaan dalam acara Family Business Talk.
SAC tari tradisional Prasmul, Sasikirana, menghibur hadirin seminar dengan tarian yang memukau.

Lantas, apakah bisnis merupakan warisan tepat untukt diteruskan pada anak-cucu para pebisnis? Menurut Bill, ada satu hal yang jauh lebih berharga dibandingkan hal tersebut.

“Ilmu,” pemenang Global Award for Entrepreneurship Research ini menggarisbawahi. “Mungkin saya bicara sebagai akademisi, namun ilmu merupakan harta paling berharga yang dapat diberikan pada generasi yang dipercaya untuk meneruskan bisnis keluarga. Setelah memaksimalkan pengetahuan anak mengenai dunia wirausaha dan industri, baru sebaiknya dibicarakan: apakah ia ingin melanjutkan bisnis keluarga, atau ingin bereksperimen di bidang yang lain?”

Apapun pilihan sang anak, baik untuk mengambil alih perusahaan atau membuka jalurnya sendiri, ia telah mengharumkan serta meneruskan warisan bisnis keluarga dengan mengikuti jejak entrepreneurship yang tertanam di jiwanya. Menurut Bill, ini merupakan salah satu kunci untuk melestarikan komunikasi dan meningkatkan sustainability dalam bisnis keluarga.

Family Business Talk 2018 merupakan rangkaian acara seminar dan talk show yang membahas tuntas perihal perusahaan dan bisnis yang didirikan oleh keluarga. Selain Prof. William B. Gartner, ajang ini juga menampilkan sharing session dari petinggi perusahaan keluarga kenamaan di Indonesia, yakni Anne Patricia Sutanto (Vice President Director of PAN Brothers), Armand Wahyudi Hartono (Deputy President Director of BCA), Bernadette Ruth Irawati Setiady (President Commissioner of PT. Kalbe Farma, Tbk.), Bryan Tilaar (President Director of Martha Tilaar Group), dan Imelda Fransisca (Vice President Director of Olympic Development).

Acara perdana yang dilangsungkan oleh program School of Business and Economics, Universitas Prasetiya Mulya ini direncanakan untuk hadir tiap tahunnya untuk memberi highlight bagi perusahaan-perusahaan ikonis di Indonesia, serta menginspirasi praktisi dan akademisi yang ingin atau sedang terjun di ranah family business.

 

mm

Sky Drupadi

Add comment

Translate »