Cerita Prasmul
Sound of Phoenix: Musik Lebih Dari Sarana Melepas Penat

Sound of Phoenix: Musik Lebih Dari Sarana Melepas Penat

Seni merupakan bagian integral dari kreativitas seseorang dan tak boleh luput dari kehidupan sehari-hari. Keindahan musik seringkali jadi tempat pelarian ketika sedang membutuhkan inspirasi, lagi suntuk, atau sekadar bosan. Maka dari itu, Universitas Prasetiya Mulya menyediakan wadah bagi mahasiswa untuk berkarya dan menyalurkan hobi di Student Activity Club (SAC), salah satunya adalah kelompok orkestra Sound of Phoenix.

Orkestra, di mana suara alunan biola, tiupan trompet, petikan harpa, dan tabuhan perkusi menyatu dengan padu. Keindahan ini yang menarik perhatian Stanislaus Puji Setyanto Adi (S1 Branding) ketika menjadi mahasiswa baru di Prasmul tahun 2016 silam. Berikut Stanis mengisahkan kepada Ceritaprasmul.

Siapapun Bisa Menjadi Phoenix

Sebagai pemain biola, Prasmulyan asal Jakarta ini langsung terkesima melihat penampilan Sound of Phoenix pada kegiatan perkenalan SAC Prasmul. Tanpa berpikir dua kali, Stanis memutuskan untuk menjadi bagian dari kelompok orkestra tersebut. “Saat itu, semua SAC membuka booth untuk pendaftaran,” Stanis menceritakan. “Aku langsung input nama agar bisa bergabung dengan Sound of Phoenix.”

Stanis bersama beberapa anggota Sound of Phoenix. (Sumber: Instagram @stanislauspsa)

SAC yang berdedikasi pada musik klasik ini didirikan oleh Erwin Arifin dan Maria Gabriella pada tahun 2014. Kala itu, keduanya terlibat dalam produksi teater Sanskerta  yang digerakkan oleh Student Board Prasetiya Mulya. Para Founder membuka open recruitment untuk menghadirkan instrument orkestra dalam pementasan dan berhasil mengumpulkan sekitar 10 orang. Beberapa bulan setelah Sanskerta rampung, Sound of Phoenix diresmikan sebagai SAC. Kini, jumlah anggota aktif Sound of Phoenix telah mencapai lebih dari 30 orang dengan beragam instrument.

“Tidak ada syarat atau proses audisi untuk bergabung dengan Phoenix,” Stanis meyakinkan. “Waktu pertama masuk, mungkin akan diberi penilaian berdasarkan skill, musikalitas, dan improvisasi. Namun baik expert maupun beginner, ia tetap bisa menjadi bagian dari Phoenix.”

Tonequity dan Most Improved SAC

Sejak menjadi anggota Phoenix, Stanis telah tampil dalam berbagai event kampus seperti Sumpah Pemuda dan mengisi acara wisuda. Tapi sang violis mengaku bahwa pengalaman paling berkesan sejauh ini adalah Tonequity 2017, sebuah konser eksternal perdana yang diadakan Sound of Phoenix.

Proses latihan Tonequity mempertajamkan time management skills mahasiswa. (Sumber: Instagram @tonequity)

“Latihannya memang cukup berat,” kenangnya. “Apalagi aku sedang menjalankan program On the Job Training (read: magang). Jadi, setelah magang sampai sore, aku langsung ke kampus untuk latihan. Menjelang hari-H, kami latihan setiap hari!”

Capek sudah pasti, tapi tiap pertemuan pasti fun, penuh tawa, dan hasil akhirnya sangat rewarding.

Hasil jerih payah Sound of Phoenix selama berbulan-bulan dituang dalam konser berdurasi 2 jam di hadapan lautan penonton. Kesuksesan Tonequity 2017 mengantarkan SAC orkestra ini menuju titel Most Improved SAC dari Prasmul.

Menurut Stanis, Tonequity merupakan pengalaman yang paling rewarding. (Sumber: Instagram @stanislauspsa)

“Dukungan Prasmul terhadap Sound of Phoenix kerasa banget. Kami dibolehin latihan di activity hall. Kemudian untuk biaya pelatih pun ditanggung sepenuhnya,” Stanis menyatakan. “Diberi ruang untuk mengasah hobi sembari mengejar ilmu secara akademis merupakan sebuah kesempatan emas yang nggak boleh dilewatkan.”

Go Out of the Box!

Pelatih Sound of Phoenix, Fero Aldiansyah, merupakan penata musik dari Teater Koma. Membimbing lebih dari 30 anggota, tak mengejutkan jika Fero butuh bantuan dari orang terpercaya. “Aku dan temanku, Tommy, ditunjuk untuk menjadi konduktor dan pelatih,” kata Stanis. “Setiap akan mengulik partitur baru, satu tim akan dipecah menjadi tiga bagian. Kak Fero melatih bagian perkusi dan biola, Tommy melatih alat musik tiup, dan aku memegang lower strings.

Dalam ajang Spectrum, Stanis menjadi konduktor untuk pertama kalinya. (Sumber: Instagram @stanislauspsa)

Bagi Stanis, inilah salah satu tantangan yang patut diulik. Ia yang biasanya bermain dalam chamber (orkestra versi mini), kini harus beradaptasi bermain dengan kelompok yang lebih besar. Selain itu, ketika berkesempatan untuk mengaransemen lagu untuk konser kolaboratif antar SAC bertajuk Spectrum, Stanis harus kembali mempertimbangkan keseluruhan anggota serta instrument.

Sebagai orang yang pemalu, aku jadi lebih berani semenjak menjadi pemimpin orkestra.

“Ini pertama kalinya aku aransemen untuk orkestra,” Stanis mengakui. “Aku harus shift pandangan tentang musik, dari alat musik gesek, ke tiup dan lainnya. Misalnya saja ada satu pola, aku harus memastikan bahwa pola tersebut tidak akan keberatan untuk nafas para pemain flute. Tentunya ini mempertajam leadership dan public speaking skills-ku.

Bukan Penghalang Kelulusan

Menurut Prasmulyan yang juga jago bermain alat musik cello ini, bergabung dengan Sound of Phoenix bukan suatu beban atau penghalang. Justru, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler menjadi jembatan untuk berkoneksi dan memantapkan ilmu akademis.

“Di Phoenix, aku bertemu dengan banyak senior yang rela menjadi tutor menjelang UTS dan UAS. Tanpa mereka, aku tidak akan tahu harus bertanya pada siapa,” ungkap Stanis. “Jika tidak bergabung di Phoenix, aku tidak akan terbuka wawasannya ke jurusan lain, seperti Business dan Finance.”

Sound of Phoenix setelah konser Tonequity 2017. (Sumber: Instagram @stanislauspsa)
Stanis menemukan koneksi setelah bergabung dengan Sound of Phoenix. (Sumber: Instagram @stanislauspsa)

Stanis pun menekankan, bahwa Phoenix bukan cuma tempat untuk pamer skill atau nongkrong. Selain memantapkan kemampuan bermain alat musik yang sudah dikuasai, ia pun mengambil waktu untuk mempelajari alat musik yang berbeda.

“Walaupun saat ini kami ada sekitar 10 instrumen, kami terbuka untuk seluruh alat musik,” Stanis mengatakan. “Dengan begini, semuanya bisa bereksperimen dan belajar instrument baru. Aku sendiri mulai tahun ini sedang diajarkan cara bermain flute oleh seorang teman. Sedikit demi sedikit, aku semakin lancar.

Dari paparan Stanis, bergabung di Sound of Phoenix bukan sekadar jadi sarana pelepas penat dari kegiatan akademis kampus. Namun dari sini, ia dapat berkoneksi, mengasah kreativitas, dan mempertajam soft-skills. SAC Prasmul apa yang ingin kamu ketahui lebih lanjut? Simak terus ya di Ceritaprasmul!

 

mm

Sky Drupadi

1 comment

Translate »