Cerita Prasmul
Samira Alatas, Beautypreneur dibalik Bisnis Mad For Lipstick (Alumni S1 Business Prasmul)

Samira Alatas, Beautypreneur dibalik Bisnis Mad For Lipstick (Alumni S1 Business Prasmul)

 

“Kalau nanti bisnisnya atau tugasnya di tolak dosen, jangan pernah terpuruk berlebihan. Justru pelajarannya disitu. Itulah cara dosen membentuk dan menguji determinasi kita sebagai calon pebisnis.”

Samira Alatas – Founder Mad For Lipstick 

Jika ditelisik lebih dalam, tak jarang deretan beautypreneur muda dan berbakat lahir dari  Prasetiya Mulya. Samira Alatas adalah salah satunya.  Setelah lulus dari SMA Negeri 3 Jakarta pada 2011 silam, perempuan cantik nan bertalenta ini melanjutkan pendidikan S1-nya di Prasmul Jurusan Business.

Samira, begitu ia akrab disapa, tak pernah menyangka bahwa melalui Prasmul-lah kesempatan mengenal dunia beauty product terbuka lebar. Sebagai sosok  yang punya determinasi kuat, Samira mengaku ‘curi’ start untuk kenal dunia professional sejak masih duduk di bangku kuliah.  “Salah satu kunci sukses menurut saya adalah mulai ngebuilding CV sejak masih kuliah,” buka Samira.

Berkelana Magang di Perusahaan Multinasional 

Samira Alatas, Founder Mad for Lipstick & Alumni S1 Business Prasetiya Mulya

Peluang On The Job Training bagi Prasmulyan memang sudah terbuka sejak perkuliahan tahun pertama. Kali itu, Samira memutuskan untuk menghabiskan 2 bulan masa magangnya melalui social development program dari AIESEC Prasetiya Mulya. Ia bersama tim diberangkatkan ke Olsztyn, Polandia untuk kerja sosial mengajar anak TK disana.

Ia cukup konsisten dalam membangun kompetensinya melalui magang. Melalui bantuan Career & Development Center Prasmul, Alumnus Prasmul ini kembali magang di salah satu integrated advertising agency bernama MullenLowe.

 

“Disana,  saya berkesempatan menghandle marketing campaign dari salah satu FMCG terbesar di dunia, Unilever. Yang lebih menariknya, hasil kerja saya cukup diapresiasi hingga akhirnya diberi kesempatan untuk magang di Unilever,” tuturnya.

Tidak berhenti sampai disana, selang 3 bulan setelah magangnya berakhir di Unilever, Samira kembali ‘mengejar’ ilmu di perusahaan selanjutnya yaitu L’oreal. “Lagi-lagi beruntung dapat magang dari CDC, kali ini diperusahaan yang bidangnya saya banget, jadi enjoy jalaninnya,” jelas finalis Abnon Barat tahun 2013 ini.

Ia yang dari awal punya ketertarikan dengan dunia kosmetik & kecantikan merasa antusias ketika diberi kepercayaan untuk mengerjakan aktivitas Public Relations & Digital Communication salah satu brand kosmetik premium dari L’oreal.

Magang di L’oreal merupakan pemberhentian yang terakhir sebelum Samira lulus dari Prasmul. Setelah melanglang buana di beberapa perusahaan multinasional demi mendapat bekal ilmu bisnis, marketing, PR hingga teknis lainnya, Samira membulatkan tekad untuk menjadi pebisnis. “Kayaknya seru dan sesuai passion aja kalau saya start doing things on my own (red-membuat bisnis sendiri).”

Mad For Lipstick Lahir Karena Ketidaksengajaan

Samira cukup percaya diri dengan bekal ilmu yang ia kantongi. Tepat pada tahun 2016, Alumnus Prasmul yang satu ini berani mengimplementasikan ilmu tersebut dengan membuat brand kosmetik yang spesifik menyediakan perona bibir yaitu Mad for Lipstick . Ditengah gegap gempita fenomena lipstick matte menyeruak kepermukaan, Mad For Lipstick hadir untuk mengisi ceruk lipstick matte berlabel lokal.

Uniknya, Mad For Lipstick didirikan atas dasar ketidaksengajaan. Karena pada saat itu, bisnis utama yang Samira  geluti adalah Beauty Supply Consultant.“Initially, saya bikin Mad For Lipstick ini awalnya untuk portofolio company saja, karena core business saya adalah beauty consultant untuk perusahaan- perusahaan yang ingin membuat beauty product khususnya lipstick. Kami supply material lipstick, design product, forecast pasar hingga develop media channel.” ujar alumnus S1 Busines angkatan 2010 ini.

Mad For Lipstick Packaging spesial hampers valentine 6 shades lipquid matte dari Mad For Lipstick dibandrol dengan harga Rp. 130.000/ pcs Hampers valentine Mad for Lipstick bagian dalam

The best things happen unexpectedly. Diawal kemunculannya, Mad For Lipstick ternyata berhasil menyita perhatian supplier dan konsumen yang terdiri dari pecinta lipstick hingga professional beauty blogger.

Samira cukup cerdas mengatur strategi kegiatan marketing  brand-nya, hingga akhirnya menarik beberapa big reseller seperti AEON Supermarket, Century, Sociolla hingga Brand Outlet Plaza Indonesia. “Awalnya kita bikin program reseller system. Nah, hadirnya para Mad Agent (sebutan para reseller) ternyata cukup bagus dalam ngembangin Word of Mouth. Dua bulan setelah MFL jalan, Aeon Supermarket langsung approach kami. Alhamdulillah kesininya sudah mulai dikontak karena mungkin pasarnya lagi ‘growing’,” ungkap Samira.

 

Ufa Sofura (Dancer) menggunakan Made for Lipstick shade Alpha Alika Islamadina (Penyanyi dan Model) memakai lipquid MFL

Alumnus Prasmul yang punya karakterisktik determine dan passionate ini sudah punya rencana kedepan demi mengembangkan sayap bisnisnya. ” Kalau di bisnis consultant, kami ada 2 project ongoing yang akan launch di tahun ini. Untuk Mad For Lipstick sendiri, kami sedang usahakan supaya produknya lebih accessible dan tersebar dimana-mana. Untuk jangka panjangnya, saya kepengin brand ini bisa offer produk yang memenuhi semua kebutuhan bibir wanita urban yang jadi target kami,” jelas Founder Mad For Lipstick ini.

Samira dan Prasetiya Mulya

Apa yang Samira tuai saat ini merupakan hasil kerja kerasnya selama menempuh pendidikan di Prasmul. Ketika diajak napak tilas ke zaman kuliah dulu, masih lekat dibayangan Samira bagaimana para Faculty Member melatihnya melalui kegagalan dan tugas yang cukup intens.

“Kalau susah atau tidaknya tugas di Prasmul itu sebenarnya relatif, tapi saya melihat kami cukup belajar untuk mengorganize waktu, tenaga dan fokus melalui tugas yang tidak sedikit,” jawabnya. Ia melanjutkan “ Saya juga sangat ingat ketika business plan saya di tolak dosen, padahal ngerjainnya sudah setengah mati dan pas itu yakin kalau bisnisnya prospektif. Sempat kecewa sih, tapi ternyata kegagalan itulah yang membuat saya belajar untuk punya determinasi jika mau jadi pebisnis,” kata Samira.

Samira Alatas pada saat kelulusan dari Universitas Prasetiya Mulya

Gadis yang banyak ikut kepanitiaan di berbagai event Student Board ini mengaku, tempaan Prasmul banyak menuai dampak positif bagi kehidupannya setelah lulus, termasuk dari perlakuan industri bagi Mahasiswa Prasmul. “Dulu pas zaman ngelamar kerja, semua interview yang saya ikuti alhamdulillah diterima semua. Percaya atau tidak, anak Prasmul tuh punya energi dan semangat yang tipikal, rasa pride itulah yang membuat kita percaya diri ketika berhadapan dengan klien atau user perusahaan.”

Samira pun berpesan bagi para junior yang masih berjuang di Prasmul untuk punya kemauan yang kuat dan tak goyah dengan rintangan yang ada. “Kalau nanti bisnisnya atau tugasnya di tolak dosen, jangan pernah bete dan down berlebihan. Justru pelajarannya disitu. Itulah cara dosen membentuk dan menguji determinasi kita sebagai calon pebisnis,” tutupnya.

Itulah cerita Samira dan perjuangannya mengepakkan sayap bisnisnya. Semoga terinspirasi Prasmulyan!. Nantikan review ceritaprasmul.com mengenai keunggulan Mad for Lipstick di artikel selanjutnya. Stay tuned!. (*vio)

Sumber gambar:

Instagram Mad For Lipstick: @madforlipstick

Instagram Samira Alatas

Instagram Lippielust: @lippielust

Add comment

Translate »