Cerita Prasmul
Mendobrak Tantangan Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia

Mendobrak Tantangan Literasi dan Inklusi Keuangan di Indonesia

Oleh

Donil Beywiyarno

Faculty Member S1 Branding – Universitas Prasetiya Mulya

Dibandingkan dengan negara-negara tetangga, mungkin masyarakat Indonesia lah yang paling tidak “melek” finansial. Dengan kata lain, tidak memiliki pengetahuan mengenai produk serta institusi keuangan. Survei terbaru dari MasterCard Financial Literacy Index  menunjukkan bahwa Indonesia hanya memperoleh skor pengetahuan keuangan sebesar 61, di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Filipina (66), Vietnam (65), Thailand (67), dan Singapura (68). Selain itu, akses ke produk perbankan juga bermasalah. Data Bank Dunia (2011) menunjukkan bahwa hanya 19,6% penduduk Indonesia yang memiliki akses ke produk perbankan. Persentase ini lebih rendah dari Vietnam (21,4%) apalagi Malaysia (66,7%). Dalam hal tingkat inklusi keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa Indonesia berada di posisi di 59,7% , sementara Malaysia dan Singapura mendapat masing-masing skor 81% dan 96%. Untuk mengatasi masalah ini, OJK menargetkan kenaikan tahunan 2% dalam tingkat literasi dan inklusi keuangan.

Bersama dengan lembaga keuangan Indonesia, OJK telah meluncurkan berbagai inisiatif dari University Roadshow hingga Laku Pandai. Laku Pandai atau branchless banking adalah strategi terbaru untuk meningkatkan akses ke produk perbankan dengan memiliki agen independen yang bertindak sebagai perantara. Ide besarnya adalah untuk meminimalkan biaya membangun dan memelihara cabang sementara sekaligus meningkatkan partisipasi finansial masyarakat di perbankan Indonesia. Transaksi seperti transfer, membuka rekening bank , dan penarikan uang akan dilayani oleh agen  Mereka juga mengambil bagian dalam mendidik nasabah potensial, bantuan yang amatlah berharga dalam mencapai target melek finansial.

Sejak awal program, bank-bank masih jauh dalam mencapai sasaran perekrutan agen

Nama-nama besar seperti Mandiri dan BRI adalah bank-bank yang bergabung dalam gerakan “Laku Pandai”. Mereka sangat agresif untuk merekrut agen Laku Pandai sebanyak mungkin. Sejak awal program, bank-bank masih jauh dalam mencapai sasaran perekrutan agen. Pada September 2015 BRI merekrut 11.755 agen, disparitas yang lebar dengan target mereka sebanyak 50.000 agen pada tahun ini. Hal ini juga berlaku untuk bank lain di Indonesia. Banyak faktor  penghambat yang telah disebutkan oleh praktisi, hal yang paling dikeluhkan adalah jarak yang jauh antara cabang terdekat dan agen. Dengan demikian, komunikasi adalah hambatan terbesar.

Pada saat yang bersamaan, sebuah proyek besar telah disetujui oleh Google dan beberapa operator telekomunikasi Indonesia. Tujuan utama dari proyek yang disebut Loon Project atau proyek Google Ballon adalah untuk memperluas cakupan internet terutama di wilayah timur Indonesia. Balon diterbangkan 20 kilometer di udara akan bertindak sebagai pemancar Wi — Fi, mampu memberikan koneksi internet yang cepat. Bersamaan dengan implementasi proyek ini, diharapkan adanya tambahan 100 juta warga Indonesia yang memiliki akses internet.

Google balloon

Membutuhkan Peran Teknologi

Otoritas jasa keungan

OJK sebaiknya bekerja sama dengan Google dalam mencapai inklusivitas dan literasi keuangan. Dalam jangka pendek, internet yang cepat akan menguntungkan agen Laku Pandai dalam berkomunikasi dengan bank mereka dan memberikan pelayanan yang lebih baik untuk klien mereka. Misalnya, update dalam peraturan atau prosedur perbankan mungkin tidak membutuhkan kehadiran fisik dari pihak Bank. Sebuah email akan menyelesaikannya. Aplikasi pinjaman mikro akan cepat diproses untuk pelanggan yang sangat membutuhkan modal kerja.

Jika proyek balon Google terwujud, tidak serta merta masyarakat kita akan segera menggunakan internet banking. Masih ada satu hambatan lagi: literasi teknologi yang rendah. Oleh karena itu fungsi agen Laku Pandai perlu diperluas, tidak hanya mendidik nasabah dalam produk perbankan, namun dalam penggunaan teknologi.

Dengan memanfaatkan internet cepat , nasabah yang sudah akrab dengan layanan perbankan akan  lebih cepat dalam mengadopsi jasa keuangan lainnya seperti asuransi atau reksa dana.

Google Balloon membuka kemungkinan tak terbatas dalam cara mengakrabkan masyarakat Indonesia dengan produk  keuangan

Nasabah dengan hanya menekan sebuah tombol dapat memperoleh informasi produk keuangan lainnya.Informasi tersebut dapat disesuaikan menurut kecanggihan pengetahuan keuangan nasabah. OJK juga dapat mengadakan sesi pendidikan keuangan yang interaktif dan real time secara virtual.

Dengan demikian, Google Balloon membuka kemungkinan tak terbatas dalam cara mengakrabkan masyarakat Indonesia dengan produk serta peraturan keuangan yang cepat berubah. Target tahunan peningkatan inklusivitas dan literasi keuangan sebesar 2% mungkin perlu direvisi ke angka yang jauh lebih agresif.

Sumber Foto:

1. http://3.bp.blogspot.com/-8PYd3C0-V1w/V
2. AM3aE6vvDI/AAAAAAAAA8w/jhQBB1mvS2s/s1600/ball.jpg
3. http://i2.cdn.cnn.com/cnnnext/dam/assets/130615125940-google-project-loon-story-top.jpg
4. http://ichef.bbci.co.uk/news/624/cpsprodpb/10853/production/_86376676_dbd2dbb4-5f7e-4fb2-a57b-803b346b3ca6.jpg

 

Add comment

Translate »