Cerita Prasmul
ASI VS Susu Formula, Mana yang Lebih Baik?

ASI VS Susu Formula, Mana yang Lebih Baik?

Artikel ini ditulis oleh Harum Fadhilatunnur, MSc, Faculty Member Food Business Technology Universitas Prasetiya Mulya.

Perdebatan mengenai air susu ibu (ASI) vs susu formula masih terus berlangsung di masyarakat. Sejatinya, WHO (World Health Organization) telah menegaskan bahwa air susu ibu (ASI) mampu memberikan asupan gizi yang lengkap dan cukup untuk tumbuh kembang bayi. Pemberian ASI ekslusif direkomendasikan bagi bayi sampai umur 6 bulan dan dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun dengan makanan pendamping yang sesuai.

Perkembangan susu formula (infant formula) sendiri diawali dengan banyaknya bayi yang tidak bisa memperoleh ASI ekslusif, baik karena alasan medis, waktu, maupun keputusan pribadi si ibu. Susu formula komersial pertama diproduksi oleh Henri Nestlé pada tahun 1867. Saat itu, susu formula dibuat dari campuran susu sapi, tepung terigu dan malt, serta potassium bikarbonat.

Keunggulan ASI dibandingkan susu formula atau susu sapi antara lain:

  • ASI menyediakan zat gizi dengan komposisi, jumlah, daya cerna, dan daya serap yang baik bagi bayi. Dibandingkan dengan susu sapi yang merupakan penyusun utama susu formula, ASI mengandung karbohidrat (terutama laktosa dan oligosakarida) lebih tinggi. Oligosakarida dipercaya membantu meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus yang dapat meningkatkan kesehatan saluran pencernaan bayi. Proporsi lemak total di ASI hampir sama dengan di susu sapi, hanya saja komposisi asam lemaknya sangat berbeda. ASI mengandung asam lemak esensial, misalnya DHA, EPA, ALA dan omega-6, yang lebih tinggi dibanding susu sapi. Asam-asam lemak esensial ini terutama penting bagi perkembangan otak dan organ penglihatan pada bayi. Susu sapi memiliki total protein (khususnya casein) yang lebih tinggi dibanding ASI. Namun, casein merupakan jenis protein yang bisa menggumpal dalam perut dan membutuhkan waktu lama bagi bayi untuk mencernanya. Masalah ini tidak muncul pada ASI karena kandungan protein dan caseinnya yang rendah.
  • ASI melindungi bayi dari infeksi dan meminimalisir alergiprotein pada ASI mengandung komponen antimikroba (immunoglobulin-A, lysozyme, dan lactoferrin) yang lebih tinggi dibanding protein susu sapi. Protein antimikroba ini sangat esensial bagi perkembangan sistem imun tubuh bayi dan melindungi bayi dari berbagai infeksi.

Berbagai studi menunjukkan bahwa bayi dengan ASI ekslusif memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap infeksi, penyakit kronis (seperti kanker dan diabetes), dan alergi dibandingkan bayi dengan susu formula (Clark & Bungum, 2003). Howie et al. (1990) melaporkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif memiliki tingkat infeksi saluran pencernaan dan pernafasan yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan bayi dengan susu formula atau kombinasi ASI-susu formula. Dari 478 bayi yang diamati sampai usia 13 minggu, hanya 2.1% yang mengalami diare pada bayi dengan perlakuan ASI ekslusif, jauh lebih rendah dari prevalensi diare pada bayi dengan susu formula (19.5%). Sistem imun yang lebih baik ini berlanjut bahkan sampai 1 tahun pengamatan lanjutan. Sementara itu, ASI ekslusif pada bayi perempuan dilaporkan mampu mengurangi resiko terkena kanker payudara sampai 25% nantinya saat dia dewasa (USDHHS, 2000).

  • Komposisi ASI menyesuaikan dengan perkembangan bayi. Tidak seperti susu formula yang memiliki komposisi zat gizi yang konstan, komposisi gizi pada ASI berubah menyesuaikan kebutuhan dan perkembangan bayi. Colostrum, cairan ASI kental berwarna kekuningan yang keluar di akhir periode kehamilan, direkomendasikan menjadi makan terbaik pertama bagi bayi yang baru lahir. Colostrum memiliki kandungan protein antimikroba yang tertinggi dibanding ASI biasa dan susu formula, sesuai untuk bayi baru lahir yang masih sangat rentan terhadap infeksi dan perubahan lingkungan.
  • Membantu perkembangan kognitif bayi melalui interaksi fisik dan emosional dengan ibu.
  • Mengurangi pengeluaran keluarga untuk pembelian susu formula dan biaya pengobatan bayi. Pengeluaran standar untuk pembelian susu formula per bulan diperkirakan mencapai Rp 500.000-Rp600.000. Pemberian ASI tentunya akan membantu menghemat pengeluaran keluarga pada dua komponen ini.
  • Dari segi lingkungan, pemberian ASI lebih ramah lingkungan karena mengurangi sampah kemasan dan penggunaan energi untuk produksi dan distribusi susu formula.

Dengan berbagai keunggulan di atas, selayaknya ibu mengusahakan pemberian ASI ekslusif untuk bayinya. Namun, tidak selayaknya masyarakat memandang sebelah mata ibu yang memutuskan untuk menggunakan susu formula, baik sebagian atau sepenuhnya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, susu formula yang ada di pasaran saat ini telah mengalami banyak perubahan. Pengembangan susu formula selalu difokuskan agar dapat semirip mungkin dengan ASI baik dalam komposisi zat gizi, daya cerna, keamanan, maupun fungsionalitasnya. Hal ini menjadikan susu formula menjadi makanan pengganti terbaik di saat pemberian ASI tidak memungkinkan. Edukasi mengenai pentingnya ASI perlu diimbangi dengan regulasi yang ketat mengenai distribusi dan pemasaran susu formula di masyarakat dalam rangka menyukseskan program ASI ekslusif 6 bulan.

References

Clark, S.G.J., & Bungum, T.J. 2003. The benefits of breastfeeding: an introduction for health educators. Californian Journal of Health Promotion, 1(3): 158-163.

Howie, P., Forsyth, J., Ogston, S., Clark, A., & du V Florey, C. 1990. Protective effect of breast feeding against infection. British Medical Journal, 300: 11-16.

U.S. Department of Health and Human Services. 2000. HHS blueprint for action on breastfeeding. Washington, DC: U.S. Department of Health and Human Services, Office on Women’s Health.

Walstra, P., Wouters, J.T.M., & Geurts, T.J. 2006. Dairy Science & Technology, Second Edition. Boca Raton: CRC Press.

Add comment

Translate »